Wasiat Terakhir Nabi saw Kepada Kita untuk "Mereka"

Rasulullah saw dari atas tempat tidurnya ketika sakit menjelang wafatnya, untuk yang terakhir kalinya beliau berwasiat kepada ummatnya kaum muslimin:
"as-sholatu, ash-sholatu, wa maa malakat aimaanukum"
(sholat, sholat, dan hamba sahaya yang kalian miliki)
"as-sholatu, ash-sholatu, wa maa malakat aimaanukum"
"as-sholatu, ash-sholatu, wa maa malakat aimaanukum"

Berkali-kali beliau mengatakan ini di waktu dhuha, bebrapa saat menjelang wafat beliau saw. (baca tulisan sebelumnya "Hari-Hari Terakhir Sang Kekasih saw".

Maksud wasiat beliau saw ialah agar kita sebagai ummat jangan sampai lalai terhadap 2 perkara besar ini; yaitu sholat dan hamba sahaya. Perhatian yang kita berikan kepada hamba sahaya tentu harus sama besarnya dengan perhatian kita kapada sholat.

Dan yang namanya wasiat, itu wajib ditunaikan bagi mereka yang ditinggalkan. Terlebih yang berwasiat itu ialah Rasulullah saw, sumber Syariat Islam setelah Al-Qur'an. Tentu wasiat ini menjadi syariat yang setiap muslim dituntut untuk menunaikannya.

Semua orang tahu apa itu sholat, pentingnya sholat, hukumnya sholat dan juga ancaman bagi yang meninggalkannya. Karena masalah ini sering sekali dibahas berbagai majlis pengajian.

Hamba sahaya?

Hamba sahaya ketika itu ialah manusia dengan starata paling rendah diantara yang lainnya. Dan Rasulullah saw adalah orang yang paling sangat perhatian terhadap kelompot terendah pada masa hidup beliau, yaitu para hamba sahaya ini. Karena itulah beliau saw menyebutkan mereka dalam wasiat terakhirnya berkali-kali.

Hari ini sudah tidak ada lagi hamba sahaya, tetapi hari ini masih ada kelompok manusia denga strata rendah; diantaranya yaitu para "Pegawai Sampah" yang setiap hari berkeliling membersihkan sampah, baik dikompleks maupun di jalan-jalan raya.

Dengan demikian, berbuat baik kepada beliau-beliau ini itu merupakan suatu syariat yang setiap muslim dituntut untuk menunaikannya. Dan sayangnya banyak diantara orang muslim atau sedikit –InsyaAllah- tidak perduli dengan keberadaan meraka.

Padahal berbuat baik dan berlaku Ihsan kepada beliau-beliau ini adalah suatu ibadah yang sudah pasti berpahala. Dan banyak sekali manfaat yang kita dapatkan dengan berbuat Ihsan kepada mereka. Diantaranya:

Pertama: Jika kita berlaku Ihsan dan berbuat bagi kepada beliau berarti kita telah menunaikan apa yang telah Rasul saw wasiatkan kepada kita ummatnya. Dan itu suatu keharusan.

Kedua: berlaku Ihsan dan berbuat bagi kepada beliau akan benyak menimbulkan keberkahan bagi kita dan agama kita. Yaitu kebersihan dan keindahan yang selalu terjaga. Bukankah keindahan dan kebersihan juga diperintah oleh agama kita?

Ketiga: berlaku Ihsan dan berbuat bagi kepada beliau adalah suatu bentuk ketawadhu'an dan kerendahan hati juga jiwa. Karena berlaku Ihsan dan berbuat bagi kepada beliau kita telah melepaskan sorban kebesaran kita yang mungkin saja membuat kita selalu angkat dada tanpa tahu penderitaan orang lain.

Lalu bagaimana kita berlaku Ihsan dan berbuat bagi kepada beliau-beliau ini, agar kita termasuk orang yang dicintai Rasul saw karena telah menjalankan wasiatnya saw.

Setidaknya ada 3 cara untuk kita berlaku baik dan bebuat ihsan kepada beliau-beliau yang dimuliakan oleh Allah ini :

Pertama:
Ihsan kepada mereka, dan ini adalah tingkatan utama yang paling tinggi. Tentu dengan sebaik-baiknya Ihsan yaitu dalam bentuk ikut menolong mereka bekerja, ini yang paling dekat dengan kita. Atau memberikan mereka upah yang layak, menyedeiakan sarapan dan makan siang untuk mereka. Atau juga bisa kita memberika pulsa (beserta telponnya juga) agar mereka bisa menelpon keluarga mereka dikampung.

Kedua:
Jika kita tidak mampu melakukan yang pertama tadi, ada tingkatan yang kedua. Dan tentu ini lebih rendah kedudukan dan pahalanya dibanding yang pertama Yaitu dengan menghargai dan menghormati keberadaan mereka. Dengan apa?
sekeluarga berfoto bareng 'pegawai kebersihan'
bersama anak-anaknya tanpa rasa malu

Dengan kita mengucapkan salam ketika berpapasan dengan beliau-beliau ini dan sudah tentu harus dibarengi dengan senyuman.

Senyuman dan salam kita itu membuat mereka merasa menjadi sangat dihargai dan dibutuhkan. Merasa menjadi sama dengan yang lainnya. Bukankah memberi salam dan tersenyum kepada muslim lainnya itu perintah Nabi saw?

Ketiga:

Kalau yang pertama kita tidak mampu melakukannya dan yang kedua-pun rasanya enggan. Maka yang ketiga ini menjadi harus dan wajib kita lakukan. Dan tentu ini urutan yang paling rendah dalam segi keutamaan dan pahalanya pula.


Yaitu dengan "MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA, JANGAN SEMBARANGAN". Dengan begitu kita telah mempermudah pekerjaan mereka –hafidzohumullahu-.

Wallahu A'lam.
Sisa Sampah Malam Tahun Baru di Monas
Sampah Pantai Ancol setelah Tahun Baru-an
Sampah Koran Sholat Ied-Fithri
di Masjid Al-Azhar Kebayoran
sholat pun bisa menghasilkan sampah

Comments

Popular posts from this blog

Buku Panduan Belajar Imla' Gratis

Jangan Terlena Dengan Hadits "Seseorang Akan Dikumpulkan Bersama Orang Yang Ia Cintai"

Ketika Nenek Menyusui Cucunya