Posts

Showing posts from February, 2013

Menulis Untuk Kita, Bukan Untuk Dia

Image
Anda semua kenal dengan situs para penulis lepas, kompasiana(dot)com. Ya situs tempat berkumpulnya para penulis seantero Nusantara ini memang menajdi situs primadona bagi para penulis. Tapi saya punya cerita lain soal kompasiana ini. "Kompasiana ngga jelas" begitu kata teman saya yang juga seorang kompasioner produktif belakangan ini. Ia mengatakan demikian karena melihat banyaknya keanehan yang ia lihat dalam situs penulis lepas ini. Keanehan yang ia maksud ialah perlakuan admin kepada tulisan-tiulisan yang masuk kedalam situs ini. Katanya ia tidak mengerti denga sikap admin dalam memilih tulisan mana yang layak jadi headline, atau pun highlight, terlebih juga terekomendasi. Ia menilai banyak kesalahalan yang dilakukan admin ketika memilih tulisan-tulisan itu. Malah ia menyangka bahwa admin bukan orang-orang yang ahli baca. Banyak tulisan remeh, kurang baik dan ahkan terkesan jelek malah dijadikan headline, highlight, atau juga terekomendasi.

Menulis Saja Dari Sekarang!

Image
Ketika ditunjuk menjadi pembimbing kelas Maharoh Al-Kitabah (Ketrampilan menulis) untuk para Mahasiswa kampus syariah yang diadakan oleh Rumah Fiqih Indonesia, yang timbul pertama kali dalam benak saya ialah satu pertanyaan klasik, "bagaimana ya caranya bisa menulis dengan baik?" Mungkin ini juga yang menjadi pertanyaan banyak orang. Ya karena pertanyaannya terlalu um um, maka jawabannya pun tidak mnejadi spesifik dan terkesan "ngambang". Jawabannya bisa macam-macam, "Banyak membaca", "banyak latihan", atau "tiru gaya penulis yang sudah tenar", dan seterusnya. Tentu jawaban diatas tadi sangat tidak memuaskan si penanya, akan tetapi jawabannya tersebut tidak salah juga. Karena memang ya begitu itu proses menulis. Banyak baca, banyak latihan, kalau masih bingung, ya tiru dan jiplak saja gaya tulisan penulis-penulis yang sudah ada. Karena memang menulis itu pekerjaan produktif, yaitu pekerjaan yang memang

Pengkhianat Ilmu

Image
Kewajiban utama seorang Tukang POS, pengirim surat atau juga kurir sebuah perusahaan cargo ialah mengirimkan dan menyampaikan apa yang telah dititipkan kepada alamat yang dituju oleh si pengirim. Sampai kapanpun, kewajiban itu tidak akan gugur dan terus menunggangi pundaknya sampai surat atau barang itu mendarat di alamat tujuan. Jadi, kewajiban seorang kurir bergantung pada surat atau barang yang dibawa tersebut. Sampai atau tidak. Belum gugur kewajibannya kecuali dia sudah menyampaikan barang titipan itu sampai pada tangan penerima. Begitu juga seorang Ulama atau juga para Mahasiswa Syariah, serta para Tholibul-Ilmi Syar'i . pada hakikatnya mereka semua ialah sama persis dengan seorang kurir atau tukang POS yang sedang mendapatkan titipan anugrah kepahaman dan kecerdasan dalam masalah syariah. Ilmu dan pemahaman serta kepandaian dalam masalah Syariah yang dimiliki oleh seorang Ulama itu sesungguhnya sebuah titipan yang memang Allah swt mewajibkan kepad

Meluruskan Pemahaman "Masalah Kecil"

Image
Ada beberapa orang yang mengatakan, atau mungkin ini. Perkataan satu orang yang kemudian banyak diikuti dan dikatakan ulang. Kurang lebih Beliau mengatakan seperti ini: "Umat Islam di negeri ini terlalu mudah dipecahkan dengan hal-hal kecil yang tidak fundamental. Tetepi umat ini. Terlalu sulit bersatu dan bangkit untuk hal-hal besar yang pokok " Kata-kata ini sangat baik, bagus sekali. Tapi masalah "dipecahkan dengan hal-hal kecil", itu karena memang sebagian saudara kita tidak melihat itu sebagai hal kecil, tapi mereka melihatnya sebagai hal yang penting padahal hakikatnya ialah masalah kecil. Yang harus dikerjakan akhirnya ialah meluruskan pandangan tersebut. Memberikan pemahaman dan pencerahan bahwa hal tersebut ialah kecil dan tidak layak untuk diperedebatkan apalagi menjadi sumbu perpecahan. Haruslah ada pihak yang menjadi "pelurus" mindset. Meluruskan pemahaman, mengecilkan yang memang perkara "kecil"

"Perasaan" kok Jadi Hukum?

Image
Masih Soal Perasa an. Fenomena menyedihkan yang terjadi belakangan atau mungkin sudah terjadi sejak beberapa waktu yang lalu dan sampai sekarang. Yaitu ada beberapa orang yang memang di-ustadz-kan dan di-ulama-kan, artinya mesyarakat memandagnya sebagai Ustadz dan Ulama yang menjadi rujukan masalah syariah oleh para jemaaahnya. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang akhirnya muncul di layar kaca sebagai seorang da'I dan memberikan ceramah-ceramah agama dengan gaya dan aksen yang khas. Kita tidak meragukan ke-ilmuan belaiu-beliau dalam masalah syariah dan sejenis. Toh bagaimana bisa mereka tampil sebagai da'I dan di-ustadz-kan oleh banyak orang kecuali memang beliau memang layak untuk itu. Atau kalaupun tidak mempunyai kafaah syar'iyyah yang cukup, setidaknya beliau tahu mana halal mana haram, mana sunnah mana bidah, mana iman mana syirik, dan kemudian beliau sampaikan kepada jemaah. Masalah SERIUS terjadi ketika beliau-beliau itu ditanya

Terbentur Perasaan (Syariah Vs Perasaan)

Image
Orang-orang timur seperti Indonesia dan beberapa Negara Asia Tenggara lainnya memang terkenal sebagai penduduk yang jago perasaan. Yang selalu saja mengedepankan perasaan dalam segala hal yang ditemui. Mereka terkenal dengan penduduk yang pintar berperasaan dan merasakan serta memainkan perasaan. Satu sisi menjadi kelebihan, karena dengan label "Jago Perasaan" itulah Indonesia dikenal sebagai Negara yang punya penduduk ramah. Tapi di lain isi, karekterisitik ini terkadang menjadi blunder, seperti menjadi senjata makan tuan yang sulit dihindari. Dalam hal syariah contohnya. Perasaan tidak bisa dijadikan dasar argument dalam ber-syariah, karena syariah memang tidak didasarkan atas perasaan, hawa nafsu dan sejenis, melainkan Al-Quran dan Sunnah Nabi saw. Dalam ber-syariah, kita dituntut untuk menanggalkan perasaan ketimuran kita bagaimanaun rasanya. Karena tetap saja, berpegang dengan perasaan sama saja mengingkari ketentuan syariah yang sudah jelas k

Kuliner Dalam Tinjauan Syariah (Halal-Haram Makanan)

Image
Ternyata memang urusan perut yang berkutat soal makan dan minum itu bukan hal sepele dalam syariah. Itu juga alesannya kenapa seorang muslim harus memakan makanan yang memang benar-benar halal, dan bukan makanan yang haram. Syariah menempatkan perkara perut yang terkesan sepele dan hina ini justru dalam derajat yang melebihi kesan kita terhadap perkara itu sendiri. Ada banyak sebab dan hikmah dibalik mengapa syariah begitu menaruh perhatian penting terhadap perkara perut ini. DOSA PERTAMA MANUSIA Bagaimana tidak menjadi penting, toh dosa pertama yang dilakukan oleh manusia itu ialah dosa urusan perut, yaitu dosa makan. Dimana ketika itu Nabi Adam 'Alaih Salam melanggar perintah Allah swt untuk menjauhi pohon khuldi, namun kenyataannya justru Nabi Adam jatuh kedalam larangan tersebut, dan itu yang akhirnya membuat Nabi Adam dikeluarkan dari surga. DOA TERGANTUNG MAKANAN Selain itu bahwa urusan perut ini juga menjadi urusan batin penghubung antara makh

Korupsi Bukan Pencurian, Tak Usah Potong Tangan

Image
Kebanyakan orang menganggap kalau korupsi itu ialah prkatek pencurian uang rakyat yang dilakukan oleh para koruptor. Dan karena itu sama-sama praktek pencurian, banyak yang menilai bahwa koruptor sangat layak sekali dipotong tangannya. Karena dalam syariah, hadd ( hukuman) orang pencuri ialah dipotong tangannya. Tentu ini dengan catatan, kalau memang Negara Indonesia tercinta ini mengakui dan memakai hukum Jinayat Syariah Islam, yang memang memberlakukan hadd untuk beberapa jenis pelanggaran. Termasuk hadd Rajam (ditimpuk dengan batu sampai mati) bagi pezina yang telah menikah. Tetapi sayangnya, Negara dengan mayoritas muslim terbesar didunia ini enggan melirik hukum syariah, padahal didalamnya terdapat keadilan dan kedamaian yang selama ini justru paling sering digembor-gemborkan oleh mereka-mereka yang mengaku akitivis Hak Asasi Manusia, mereka aktivis yang membela HAM tapi sejatinya menginjak-injak HAM itu sendiri. Kembali ke topik, Koruptor bukan Pencu

Cinta Yang Karena "Karena"

Image
Kalau ada orang yang mencintai kekasihnya masih karena "karena"; karena dia ini, karena dia itu, karena cantik, karena tampan, dan karena yang lainnya. Itu bukan cinta namanya, tapi hanya sekedar kagum. Kalaupun dia mengatakan itu cinta, ya pasti cintanya tak bertahan lama dan kemungkinan besar pasti berkahir. Karena cinta bergantung pada "karena" itu tadi. Ketika "karena"-nya itu hilang maka hilang juga cintanya. Cinta "karena" tampan, cantik, berwibaya, berharta, berpagkat. Ketika semua yang di-"karena"-kan itu hilang, maka inti cinta pun entah kemana. Karena sudah tidak ada tempat lagi bagi cinta untuk bergantung ketika yang digantungkannya itu sudah tak ada. "Karena" tak ada, cinta pun tak ada. Sama dengan model cinta "karena" tersebut itu juga teks-teks syariah. Beberapa nash-nash syariah baik dari Al-Quran dan Hadits Nabi saw ada yang mempunyai "karena" untuk hukum yang di

Operasi Pengangkatan Tahi Lalat

Image
Apakah boleh seorang muslim melakukan operasi buang tahi lalat? Adakah dalil-dalil syariah yang melarang itu semua, atau memang boleh-boleh saja. Bukankah Islam menganjurkan ummatnya untuk selalu berpenampilan indah dan elok? gambar: kompas.com Tahi lalat ( nevus pigmentosus ) merupakan tumor jinak pada kulit yang paling umum dijumpai pada manusia. Tumor jinak ini yang khas berwarna gelap, besarnya menetap, meski ada juga yang terus membesar. Tahi lalat secara umum tidak berbahaya, dan biasanya hanya menimbulkan keluhan kosmetis, meski dapat pula berubah menjadi kanker. Untuk mengetahui bahaya tidaknya tahi lalat dapat dilakukan pemeriksaan dengan melode ABCD. Sebagaimana yang dijelaskan oleh DR. Tjut Nurul Alam Jacoeb, Sp.KK, yang penulis kutip dari situs Kompas dot kom rubric kesehatan. * A (Asymmetris). Tahi lalat vang bersifat kanker cenderung mempunyai bentuk tak beraturan. Tahi lalat yang normal bentuknya bulat. * B (Border). Tahi l