Imam Nawawi: "Begini harusnya Kita Mencintai Nabi Muhammad saw!"

Rasul saw pernah bersabda :
"Iman itu mempunyai 73-79 cabang, yang peling tinggi ialah Laa ilaaha IllaLlah dan yang paling rendah ialah membuang duri dari jalan. Dan malu termasuk dari Iman." (HR An-Nasa'I, Ath-Thobroni dan Bukhori dalam kitab Al-Adabul-Mufrod)
Imam Nawawi Al-Jawi dalam risalahnya "Al-Futuhat Al-Madaniyah", beliau menjelaskan bahwa cabang-cabang Iman ini ialah refleksi dari iman yang ada dalam diri mu'min. Mu'min yang sempurna imannya ialah mu'min yang ada didalam dirinya cabang-cabang Iman tersebut. Jika berkurang salah satu saja dari cabang-cabang iman, maka imannyapun berkurang sesuai berapa cabang yang ditinggalkan.
Dalam risalahya ini beliau menyampaikan semua cabang iman yang ada dalam kandungan hadits diatas sesuai apa yang telah ditunjukkan oleh firman-firman Allah swt dan hadits-hadits Nabi saw. Belaiu menjabarkan cabang-cabang iman tersebut sampai 78 cabang.
Dan dari salah satu 78 cabang iman itu ialah "Cinta Nabi saw". Sejalan dengan hadits Nabi saw :
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
"tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sampai aku menjadi yang paling dicintainya lebih dari anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia didunia ini." (Muttafaq Alayh)
Lalu kemudian apakah kita dengan hanya mengucap "aku cinta Nabi." Dengan begitu saja kita dsebut sebagai pecinta Nabi saw? Atau memakai pakaian yang bertuliskan "I love Muhammad saw" bearti itu juga sudah cukup untuk disebut sebagai pecinta Nabi dan menjadi sempurna Imannya?. Atau ikut grup "muhibbur-Rasul saw" di grup facebook, lantas kita disebut sebagai orang yang cinta Nabi saw?.
Ini yang kemudian dijelaskan oleh Imam Nawawi, bagaimanakah ciri orang yang disebut dengan pecinta Nabi saw yang hakiki. Lihat bagaimana adab seorang ulama! Beliau ketika memberikan suatu informasi, beliau tidak membiarkan para penuntut ilmu kebingungan akan informasi tersebut, melainkan ia berikan penjelasannya.
Dalam risalah ini, beliau menuliskan bahwa ada 3 hal yang masuk dalam kategori cinta Nabi saw. Jadi jika salah satu dari 3 hal ini tidak ada dalam diri seorang muslim, ia belum bisa disebut pecinta Nabi saw. Walaupun ia berpeci, berkain sarung, berjenggot dan sebagainya itu.

1. Bersholawat kepadanya saw.
Ini adalah derajat paling rendah untuk karakter seorang yang mengaku mencintai Nabi saw. Artinya ini adalah pekerjaan minimal yang harus dilakukan oleh kita sebagai pecinta beliau saw. Jadi kalau yang menimal ini saja sudah terlewatkan, apa masih bisa seorang itu disebut pecinta Nabi saw?
Bagaimanapun redaksi sholawatnya, baik itu yang paling pendek "Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad". Atau dengan redaksi kata yang paling panjang sekalipun.
Yang penting ialah bersholawat. Percuma juga mengaku ummat Nabi saw tapi tak sekalipun sholawat keluar dari mulutnya. Kesana-kemari memakai baju dengan tulisan "I love Muhammad" tapi tak pernah tahu bagaimana sholawat dan bagaimana redaksi, buat apa tulisan sebesar itu?! Baiknya, tetap memakai baju atau kaos tersebut sebagai kampanye atau dakwah. Namun tetap besholawat!
Jadi pertanyaannya ialah: "Berapa kali dalam sehari mulut ini bersholawat kepada Al-Habib saw?"

2.       Mengikuti Sunnah beliau saw
Beliau saw bersabda :
لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ
"Tidak sempurna iman seseorang dari kalian sehingga hawa nafsunya tunduk mengikuti apa yang telah aku bawa."
(Hadits shahih yang diriwayatkan di dalam kitab Hujjah yang disusun oleh Abu Al-Fath Nashr Ibnu Ibrahim Al-Maqdisy dengan sanad shahih)
Sebagaimana di riwayatkan dari kebanyakan ulama, bahwa pekerjaan ini menempati posisi paling tinggi bagi setiap muslim yang harus mencintai Nabi saw. Paling rendahnya bersholawat dan paling tingginya melakukan sunnahnya. Bukan malah ogah melakukan sunnah.
Nabi saw pernah bersabda :
مَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّة
"siapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia telah mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku ia bersamaku nanti disurga." (HR Tirmidzi)
Secara zohir, nash hadits diatas menunjukkan bahwa saru ciri penting pecinta Nabi saw ialah menghidupkan sunnahnya. Dan lebih special lagi beliau saw sudah menjamin tempat bagi para muhibbin-muhibbinnya untuk berdampingan bersamanya disurga nanti. Sangat special.
Pertanyaan untuk kategori kedua ini ialah, "dari seluruh aktivitas kita dalam sehari semalam, berapa persen-kah yang sesuai sunnah Mustofa saw dan yang tidak sesuai?"
Tentu banyak sekali sunnah-sunnah beliau saw yang sepertinya kecil kemungkinan untuk kita kerjakan semua. Butuh tahunan untuk mempelajari dan mengetahui segala sunnah Nabi saw. Bahkan jenjang kuliah starata 1 yang 4 tahun itu pun belum tentu bisa mengkhatamkan semua itu.
Tapi, kita sama sekali tidak diminta untuk mengetahui semua kelauan dan tindak tanduk Nabi saw, supaya kita ikuti. Kita hanya diminta untuk berprilaku layaknya prilaku belau saw. Satu kesunnahan beliau saw yang kita ketahui kemudian kita amalkan yang satu itu, itu berarti kita sudah menghidupkan sunnah beliau saw.
Itu yang baik, satu ilmu tapi dawam (terus menerus) dihidupkan. Dibanding banyak ilmu tapi satupun tak terjamak. Lebih buruk lagi malah menghianati ilmunya –wal 'Iyadzubillah-. Rasul saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhori: "pekerjaan yang paling dicintai Allah ialah pekerjaan yang sedikit tapi terus-menerus."
Contoh sunnah Nabi saw yang paling ringan dan paling mudah kita kerjakan ialah 'Ibtisam' yaitu 'senyum' dimanapun kita berada. Perlu diketahui bahwa senyum itu bukanlah suatu kebiasaan, akan tetapi senyum adalah sunnah, ia adalah ibadah. Dan orang yang melakukan suatu ibadah layak diganjar pahala.
Diriwayatkan bahwa Nabi saw adalah orang yang paling sering tersenyum. Syaikhoni; Imam bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari sahabat Jarir ra, ia berkata: "sejak aku masuk Islam, aku tidak pernah bertemu dengan Nabi saw kecuali ia selalu tersenyum diwajahku setiap kali bertemu."
Jadi bisa dikatakan bahwa ciri dasar pecinta Nabi saw yang sejati ialah jika ia bertemu dengan siapapun itu, ia pasti tersenyum. Dan tentu harus dipertanyakan kecintaannya kepada Nabi saw siapa dia yang selalu memasang wajah murung.    

3.       Cinta Keluarga Nabi dan Cinta Anshor.
Nabi Saw bersabda :
آيَةُ الْإِيمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ
"tanda keimanan seseorang ialah mencintai Anshor, dan tanda kemunafikan seseorang ialah membenci Anshor" (Muttafaq Alayh)
Keluarga Nabi saw kita semua kenal. Keturunan dan para kerabat Nabi saw. Dalam kitab subulus-salam, Imam Shon'ani menjelaskan siapa itu keluarga Nabi saw. Beliau mengukip pendapat Zaid bin Arqom: "keluarga Nabi ialah keturunan dari keluarga Ali, keluarga 'Abbas, keluarga Ja'far, dan juga keluarga Uqail (Bani Hasyim dan Bani Mutholib)".
Lalu siapakah anshor itu? Apakah mereka sahabat Nabi saw di Madinah yang menerima kedatangan kelompok hijrah dari Mekkah (Muhajirin)?
Imam Nawawi menjelaskan bahwa Anshor ialah setiap orang yang berkhidmat untuk menolong agama Allah, dan tak terbatas oleh zaman. Dimana pun kapan pun, selama ia menolong dan menegakkan syariat Allah swt berarti ialah Anshor yang wajib dicintai.
Contoh yang  paling mudah kita jumpai anshor ialah 'pegawai sampai'. Saya tidak bilang pemulung tapi pegawai sampai yang ditugaskan secra resmi oleh pihak kelurahan atau RW untuk mengurusi masalah sampah dikampung.
Bagi saya ia adalah anshor. Karena beliau telah berkhidmat dijalan Allah, yaitu membersihkan kampong ini dari tumpukan sampah yang semakin har semakin menggunung.
Dalam sejarahnya, sampah adalah masalah pelik yang sulit dibenahi di negeri kita ini, khususnya kota Jakarta. Sejak kota ini berdiri jaman belanda dulu sampai jamannya Opera van java sekarang ini.
Bayangkan jika satu atau dua hari saja para pegawai yang dimuliakan oleh Allah ini mogok kerja. Apa yang akan terjadi dengan kampong kita? Hmm..
Dan kebersihan adalah syariat yang diperintah oleh Allah swt. Banyak ayat dan hadits Nabi saw yang mengandung makna untuk ummatnya berbenah dan berbersih diri. Dan kebersihan seperti yang kita ketahui ialah syarat sah-nya sholat seorang mukmin.
Rasul saw bersabda:
الإسلام نظيف فتنظفوا فانه لا يدخل الجنة إلا نظيف
"Islam itu agama yang bersih. Maka ber-bersihlah kalian semua. Sesungguhnya tidak masuk surga kecuali ia yang bersih" (HR Thobroni)

Wallhu A'lam.




Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Buku Panduan Belajar Imla' Gratis

Jangan Terlena Dengan Hadits "Seseorang Akan Dikumpulkan Bersama Orang Yang Ia Cintai"

Ketika Nenek Menyusui Cucunya