Siapa Salah Siapa Kena Getahnya

Pagi tadi di Twitter, Penggiat LGBT (Lesbian, Guy, Biseks, Tramsgender) dengan gaya yang khas (baca: basi) mencemooh mereka kalangan aktivis dakwah yang sejak dulu menentang serta terus berkampanya anti LBGT dan segala kampanyenya.

Dengan gaya yang dan argument yang sama dari dulu, tidak pernah berubah para penggiat LGBT mengejek:

"mas/mba, jadi Guy atau lesbi itu pilihan hidup, biarlah mereka menjalani kehidupannya. Ini hak"

"mas/mba, urusan salah benar, itu urusan dia dengan tuhan. Dosa atau tidak biar saja. Toh dia yang nanggung. Ngga usah repot"

"mas/mba, jangan ikut campur urusan orang lain. Biarkan saja mereka memilih jalan hidupnya"

Dan sebagainya itu semua yang sudah sering kita dengar dimana-mana.

Ini kan alasan-alasan basi yang sejak dulu mereka gunakan untuk meredam seluruh kalangan aktifis dakwah yang sering mengingatkan dan berkampanye anti LGBT. Sekilas alasan-alasan yang mereka paparkan terlihat manis, karena berasaskan saling menghargai kebebasan. Juga terkesan manusiawi.

Tapi kebenaran kan tidka bisa didasarkan pada perasaan seseorang. Kalau yang merasakan itu seorang perampok, ya merampok menurut perasaanya benar. Berzina pun benar jika didasarkan pada perasaan PSK.

ISLAM TIDAK MENGAJARKAN UMATNYA CUEK BEBEK

Bukan masalah ikut campur urusan orang lain atau tidak, tapi memang dalam Islam ada syariat "Al-Amru Bil-Ma'ruf wa Al-Nahyu 'An Al-Munkar" [الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر]. Atau biasa yang dikenal dengan istilah Amar makruf nahi Munkar, saling memerintah kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran.

Syariat yang merumuskan ini. Bahwa seorang muslim tidak bisa tinggal diam saja melihat saudara muslimnya bergumul dalam kemaksiatan dan keburukan. Dia dituntut oleh agam untuk saling mengingatkan dan menegur.

"jika kau melihat suatu kemunkaran, maka cegahlah dengan tanganmu (kekuasaan), kalau tidak bisa maka dengan lisanmu, kalau tidak bisa maka dengan hatimu. Dan itu paling rendahnya iman"  (HR. Muslim)

Dengan syariatnya, Islam membentuk sebuah masyarakat yang peduli satu sama lain, tidak cuek bebek dengan urusan pribadi masing-masing. Itu salah satu keunggulan syariat (aturan) Islam. Syariat yang membentuk sebuah pribadi muslim, bukan manusia yang membentuk aturannya sendiri. Karena kalau dia yang membuat aturannya sendiri, pastinya banyak kekurangan dan pasti kacau, karena tiap orang punya keinginan yang kecenderungan yang berbeda-beda.

Dalam kacamata syariah, LGBT jelas jauh melanggar syariat, jadi wajar saja kalau ada seorang muslim yang tidak suka dan membenci kegiatan itu. karena memang syariat memerintahkan itu. syariat memerintahkan kita untuk saling menegur dan mengingatkan, serta dilarang diam pada sebuah kemunkaran.

Dan harusnya para penggiat LBGT itu juga fair, kalau mereka boleh mengemukakan pendapat mereka, ya harusnya kita juga bebas mengemukakan pndapat kita yang menentang mereka.

"dan Takutlah kepada adzab (musibah) yang tidak hanya menimpa orang-orang dzolim diantara kalian". (Al-Anfal 25)

Dalam sebuah hadist riwayat Abu Daud juga disebutkan, Nabi saw bersabda: "jika satu kaum melihat seseorang melakukan sebuah kemungkaran dan tidak mencegahnya, maka sangat dekat kepada mereka bahwa Allah swt akan meratakan adzabnya untuk mereka semua".

Ini kan jelas bahwa syariat ini memang menuntut kita untuk peduli dan tidak tinggal diam saja pada sebuah kemunkaran. Lebih jauh lagi bahwa Allah swt mengancam kita akan menurnkan dzabnya untuk semua kaum, tak memandang baik atau buruk dia.

SIAPA SALAH SIAPA KENA GETAHNYA

Contoh yang paling sering kita temukan ialah ketika berusaha untuk menghindar dari kebanjiran, seseorang harus hidup dengan pola hidup yang bersih dan sehat. Salah satu cara yang harus dilakukan ialah TIDAK MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN.

Seorang warga dengan tekun dan serius melakukan prkatek itu, menjalani kehidupan dengan pola hidup sehat dan bersih. Dia melakukannya snediri dirumah dengan tidak membuang sampah sembarang. Ia selalau membersihkan rumahnya, membuang sampah tepat waktu dan tepat juga tempatnya.

Tapi ia hanya melakukan itu sendiri saja untuk dia dan rumahnya, tapi "cuek" dengan apa yang dilakukan oleh tetangganya dan lingkungan sekitar. Banyak tenagga yang buang sampah sembarang, ia diam saja tidak menegurnya.

Dengan alasan, "yang penting gue sendiri udah bersih, udah ngelakuin kebaikan dan menghindar dari banjir."

Dia terus cuek dan tidak peduli banyak tentangga dan orang disekitarnya membuang sampah sembarangan. Karena tidak ada yang menegur, teruslah kebiasaan buang sampah itu berlanjut sampai akhirnya memadatkan selokan, sungaipun penuh sampah.

Lalu datang hujan lebat dan air "kebingungan" mau kemana lagi ia mengalir? Karena sungai sudah penuh dengan sampah, selokan pun tidak ada ruang lagi untuk air. Maka banjir pun sudah tidak bisa dihindari.

Apakah ketika banjir itu datang, si banjir memilih rumah-rumah yang penghuninya membuang sampah sembarangan saja untuk ditimpa banjir? Lalu rumah yang penghuninya rajin beribadah dan berdoa serta tidak membuang sampah smebarang terhindar dari banjir? Tentu TIDAK!

Banjir itu pasti merata untuk kawasan tersebut, tanpa pilah pilih, tanpa tahu ada warga yang rajin beribadah, suka berdoa dan tidak buang sampah sembarang.

Jadi agar tidak dapat banjir, maka semuanya harus berperan untuk tidak buang sampah sembarang.
--------------------------------------
Dan begitu juga, untuk terhindar dari azdab Allah swt, maka saling menegur dan mengingatkan sesama saudara muslim. Dan tidak perlu "rempong" serta rishi ketika melihat saudara muslim bergerak untuk dakwah mencegah kemungkaran.

Itu dia hikmah adanya syariat "Al-Amru Bil-Ma'ruf wa Al-Nahyu 'An Al-Munkar" [الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر].

Wallahu A'lam

Comments

Popular posts from this blog

Buku Panduan Belajar Imla' Gratis

Jangan Terlena Dengan Hadits "Seseorang Akan Dikumpulkan Bersama Orang Yang Ia Cintai"

Ketika Nenek Menyusui Cucunya