Media "Teroris"

International Confrence on Islam, Civilization, and Peace | 23-24 April 2013 | Hotel Borobudur

Diselenggarakan oleh kementerian (Wazir) Wakaf Yordania, yang lalu menggandeng International Institute of Inter-Faith Studies Amman, Yordan.

Intinya memang seminar ini ditujukan untuk memberikan gambaran Islam yang damai dan cinta kebersamaan. Sekaligus memperbaiki citra Islam yang "terlanjur" dikotori dengan label "Teroris" dan sebagainya.
Hari pertama ada 8 pembicara, 3 dari Indonesia termasuk pak Jusuf Kalla, dan yang lainnya dari Yordan dan Oman.

YANG TERLEWATKAN

Semua orang Islam diamanapun itu, sepakat kok kalau memang Islam itu agama damai yang tidak pernah mengajarkan kekerasan. Semua tidak ada yang meragukan itu.

Bahkan bom-bom bunuh diri yang diledakan, serangan-serang terhadap sipil yang "diduga" itu adalah serangan dari orang Islam radikal, kita semua tidak meyetujui itu. Karena memang itu sebuah kekerasan kepada orang yang tidak berhak mendapatkan kekerasan itu.

Kita semua sepakat Islam mengatur bagaimana seorang muslim melakukan peperangan dalam syariah. Waktunya, tempatnya, syarat-syaratnya dan juga siapa yang boleh dibunuh dan tidak dibunuh dalam perang.
Kita semua sepakat itu. Dan indonesia bukanlah tanah perang (Ardh Al-Harbi). Jadi tidak ada problem.

Tapi! Masalah besar yang kita hadapi sekarang ini ialah "Media". Media yang selama ini melemparkan isu buruk terhadap Islam.
Media yang selama ini selalu memberikan image buruk terhadap Islam. Teroris lah, radikal lah, tidak toleran lah dan masih banyak lagi yang lain. Kita semua sadar itu.

Ketika ada kriminallitas bersenjata dan "diduga" pelakunya ialah orang Islam, media tanpa cek dan ricek lagi langsung meliris berita dengan tagline "Teroris" disetiap beritanya. Padahal itu baru terduga dan belum terbukti.

Tapi anehnya ketika kriminalitas bersenjata yang dilakukan dan memang sudah terbukti itu dilakukan oleh non-muslim, tidak akan ada kata "Teroris" diberitanya.

Seperti yang terjadi di Papua dan daerah timur lainnya. Banyak terjadi penembakan terhadap aparat kepolisian, tapi apa media bilang? Media memberitakan "penduduk sipil bersenjata", bukan "teroris".

Ini kan jelas, Media yang memang belakangnya adalah para orientalis, musuh-musuh Islam, barat, liberal dan sebangsanya itu yang mengatur semua.

Mengatur agar Islam selalu diibaratkan sebagai agama Bar-bar yang doyan kekerasan. Distorsi Media yang memalsukan berita, kemudian menempatkan Islam dipojokan "tertuduh" yang memang harus selalu disalahkan.

Jadi memang masalahnya bukan diakidah kita. Akidah kita aman-aman saja. Bukan juga di pengajaran Islam kita, kita baik-baik saja dengan pengajaran Islam yang kita dapat sejak kecil.

Tapi memang musuh-musuh Islam baik dari luar atau juga dari dalam, yaitu orang-orang Liberal yang Nifaq ini yang selalu membuat keraguan anak-anak Islam dengan berita-berita palsunya.

Ini yang dilewatkan oleh para pembicara itu.

BUAH-NYA SUDAH BISA DIPETIK

Akhirnya, dari semua distorsi media yang terus menerus dengan kontinyu memposisikan Islam sebagai agama pelegal kekerasan yang tidak manusiawi, ini berbuah fatal untuk pemuda Islamnya sendiri.

Mereka yang belum mendapatkan pengajaran Islam dengan pengajaran yang benar dan belum dipalsukan, kemudian terlebih dahulu mereka di-"empanin" dengan berita-berita buruk akan Islam, akhirnya timbul antipati pada diri mereka.

Ujung-ujungnya mereka ogah belajar Islam. Karena dalam otaknya sudah dijejali denga image Islam yang radikal, teroris, intoleran dan sebagainya.
Bukan cuma ogah dan antipati, mereka juga justru nantinya akan jadi orang Islam yang menentang Islam itu sendiri. Dan buah ini semua sudah banyak muncul di negeri kita ini.

Berapa banyak orang yang mengaku Islam tapi antipati kepada syariah Islam sendiri???? Bukan rahasia lagi.

Jadi ada benarnya memang kalau ada yang bilang: "siapa menguasai media, dia menguasai dunia". 

wallahu A'lam

Comments

Popular posts from this blog

Buku Panduan Belajar Imla' Gratis

Jangan Terlena Dengan Hadits "Seseorang Akan Dikumpulkan Bersama Orang Yang Ia Cintai"

Ketika Nenek Menyusui Cucunya