Menulis Untuk Kita, Bukan Untuk Dia

Anda semua kenal dengan situs para penulis lepas, kompasiana(dot)com. Ya situs tempat berkumpulnya para penulis seantero Nusantara ini memang menajdi situs primadona bagi para penulis. Tapi saya punya cerita lain soal kompasiana ini.

"Kompasiana ngga jelas" begitu kata teman saya yang juga seorang kompasioner produktif belakangan ini. Ia mengatakan demikian karena melihat banyaknya keanehan yang ia lihat dalam situs penulis lepas ini.

Keanehan yang ia maksud ialah perlakuan admin kepada tulisan-tiulisan yang masuk kedalam situs ini. Katanya ia tidak mengerti denga sikap admin dalam memilih tulisan mana yang layak jadi headline, atau pun highlight, terlebih juga terekomendasi.

Ia menilai banyak kesalahalan yang dilakukan admin ketika memilih tulisan-tulisan itu. Malah ia menyangka bahwa admin bukan orang-orang yang ahli baca. Banyak tulisan remeh, kurang baik dan ahkan terkesan jelek malah dijadikan headline, highlight, atau juga terekomendasi.

Tapi tulisan yang bagus, dengan tulisan yang baik, cara penyampaian yang tajam, ilmiah, juga disertai data-data yang akurat malah hanya menjadi penghias timeline situs saja, tanpa adanya lirikan dari admin. "apa sih yang dicari admin?" katanya dengan nada mengeluh.

Menurutnya, tulisan itu tidak akan dibaca banyak orang kalau admin tidak memberikan tempat untuk tulisan itu. Kalau hanya ditaruh ditimeline yang hanya lewat saja. Tapi kalau itu ditaruh di highlight atau terekomendasi bahkan headline, tulisan iu menjadi diminati banyak pembaca.

Mendengar keluhanya tersebut, saya juga sempat berpikir sama dengan apa yang dikeluhkan. Memang banyak ketidak sreg-an dengan pihak admin yang bersikap demikian. Tulisan saya juga memang belum banyak dikompasiana, dan saya juga tidak bisa menilai bahwa tulisan itu bagus atau tidak.

Tapi bulan kemarin saya pernah menulis tulisan yang menurut saya sangat remeh sekali dan tidak penting. Isinya hanya cerita kalau saya bertemu salah seorang politisi
democrat direstoran. Dan tulisan yang menurut saya remeh ini malah menjadi Headline ketika keesokkan harinya saya posting di kompasiana.

Dan saya cukup mengerti dengan apa yang dikeluhkan oleh teman saya ini, memang semua orang ingin dan senang jika karyanya (dalam hal ini tulisan) dilihat dan dibaca oleh banyak orang, apalagi sampai digemari.

Tapi buat saya menulis bukan itu tujuannya. Buat saya menulis itu sarana paling mudah untuk mengungkapkan segala apa yang ada dibenak ini agar tidak terus menerus menjadi sampah otak, terpikirkan namun tak tertuang.

Selain itu, menulis juga bisa menjadikan kita orang yang selalu menggunakan otak bukan nafsu dalam segala hal. Karena dengan rajin menulis kita dituntut untuk berikir runut dan terukur. Tidak seperti bicara yang ceplas-ceplos langsung asal keluar dari mulut.

Dan ketika menulis, menurut apa yang saya pelajari, kita hanya mengungkapkan apa yang menurut kita itu suatu kebenaran yang harus disampaikan. Tanpa peduli dinilai atau tidak oleh orang lain, yang penting kita sudah menyampaikan. Dan yang pasti, menulis itu sebuah karya. Dengan menulis berarti kita sudah berkarya.

Kemudian biarkan khalayak menilai tulisan kita itu. Setuju atau tidak pembaca dengan tulisan kita itu suatu yang lumrah. Jadi buat saya, menulis itu ya menulis. Tanpa peduli dibaca atau tidak. Karena sekecil apapun yang kita lakukan, baik dengan tulisan atau juga dengan yang lain, pasti ada yang kita dapatkan. Karena segala sesuatu yang kita dapat itu semua berasal dari kita pribadi.

Dan pikiran tentang tulisan itu harus dibaca banyak orang kemudian dikomentari, menurut saya bukan suatu yang tepat. Itu hanya akan membuat kita menjadi penulis "panggilan". Penulis yang tidak mempunyai sikap. Ya sikapnya diatur oleh komentar atau apa kata orang. Jadi ia selalu berusaha untuk tulisannya itu menjadi primadona dengan mengusung tema dan pemikiran yang lagi banyak digandrungi oleh sekitar.

Tidak mempunyai identitas dan keciri-an. Tidak ada idealism. Akhirnya cape juga menulis hanya untuk di komentari atau di baca oleh banyak orang. Ketika tulisannya itu kurang peminat dan bahkan ditinggalkan, pastinya ia kecewa. Menjadikan "apa kata orang" sebagai tujuan penulisannya.

Buat saya, menulis ya menulis sajalah. Karya kita sekecil apapun pasti ada yang tahu dan ada yang baca. Kalau memang tidak ada sama sekali, pasti tuhan tahu bahwa kita telah berbuat.

wallahu A'lam

Comments

Popular posts from this blog

Buku Panduan Belajar Imla' Gratis

Jangan Terlena Dengan Hadits "Seseorang Akan Dikumpulkan Bersama Orang Yang Ia Cintai"

Ketika Nenek Menyusui Cucunya