Apakah Nabi Ibrahim Benar-Benar Menyembelih Ismail?
Tidak ada satu pun
ulama yang meragukan ke-orisinil-an mimpi yang datang kepada Nabi Ibrahim itu,
semua sepakat bahwa itu adalah mimpi yang datang dari Allah sebagai perintah
kepada Nabi Ibrahim.
Dan seluruh Nabi
Allah tidak tidur, kalaupun tidur, itu yang tidur hanya matanya saja, hatinya
tetap terjaga, karena itu apapun yang datang dalam tidur mereka bukanlah suatu
mimpi biasa melainkan wahyu dari Allah swt.
إنا معشر الأنبياء تنام أعيننا ولا تنام قلوبنا
“dan kami para nabi
itu tidak tidur, mata kami tertutup tapi hati kami tetap terjaga” (Hadits Mursal diriwayatkan dar ibn
Sa’d/ kanzul ‘Amal 11/425)
Imam Thabari dalam
tafsirnya ketika menjelaskan ayat 4 surat yusuf yang menceritakan mimpinya Nabi
Yusuf, beliau mengutip perkataan Ibnu Abbas, yang mengatakan: “mimpinya para
Nabi itu adalah wahyu”.
Lebih jauh lagi Imam
Al-Alusiy dalam tafsirnya di ayat 1-2 surat al-Shaffat yang memang bercerita
tentang mimpinya Nabi Ibrahim, beliau mengatakan bahwa salah satu hikmah kenapa
banyak Nabi yang diberikan isyarat dalam mimpi; itu menunjukkan bahwa tidak ada
bedanya wahyu yang datang dalam mimpi atau pun dalam keadaan sadar bagi para
nabi.
Perihal Mimpi Nabi
Ibrahim
Mimpinya itu datang 3
kali, malam ke-8, kemudian malam arofah, dan malam ke-10 yang keesokan harinya
terjadilah suatu eksekusi penyembelihan.
Dan atas dasar mimpi
Nabi Ibrahim inilah kenapa tanggal 8 disebut sebagai hari tarwiyah yang
dijelaskan oleh Imam Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni (3/249)
Di malam hari ke-8 itu Nabi
Ibrahim as mendapatkan mimpi pertama kali dari Allah untuk menyembelih anaknya
Nabi Ismail as. Ketika mendapat mimpi itu, diriwayatkan bahwa beliau as
“bertanya-tanya” kepada dirinya apakah itu mimpi dari Allah atau dari syaithon?
“bertanya-tanya” itu diistilahkan dengan bahasa “Yurowwi” (يروي) . dan
itu sebab dinamakan hari itu sebagai hari tarwiyyah.
dan ketika mimpi itu datang
untuk kedua kalinya di malam hari Arofah, Nabi Ibrahim akhirnya yakin kalau itu
khobar dari Allah swt. Dan yakin berarti adanya pengetahuan, pengetahuan dalam
bahasa Arab disebut dengan kata “Arofa” (عرف). Karena itulah hari ke 9 dinamakan hari
Arofah (عرفة).
Apakah Benar-Benar
Menyembelih Ismail?
Para ulama dan ahli
tafsir termasuk para mufasir dari kalangan sahabat dan Tabi’in tidak satu suara
dalam masalah apakah Ibrahim benar-benar menyembelih Ismail atau tidak, sama
halnay perbedaan para mufassir apakah yang diperintah untuk disembelih itu
Ismail atau Ishak?.
Imam qurthubi
menjelaskan banyak versinya.
Ada yang mengatakan
bahwa peneymbekihan tidak terjadi, karena perintah yang dimaksud bukanlah suatu
penyembelihan yang sesungguhnya melainkan ujian dan cobaan keimanan ibrahim,
dank arena itu pula diakhir cerita itu, ada ayat yang bunyi-nya: (إن
هذا لهو البلاء المبين)
“dan sungguh benar ini adalah suatu ujian/cobaan yang nyata”.
ketika Ibrahim telah
membaringkan Ismail untuk disembelih datanglah suatu gaungan suara, yang
mengatakan: “Shaddaqta al-Ru’ya!” (صدّقت
الرؤيا) “kau telah
melakukan perintah mu wahai Ibrahim”. Lalu datanglah panggantinya yaitu
seekor kambing qibasy.
Versi lain:
Ada lagi yang
mengatakan bahwa Ibrahim benar menyembelih Ismail, ketika Ibrahim sudah
baringkan ismail dan mulai menaruh pisaunya di atas leher, Allah swt dgn
kekuasaannya menjadikan leher Ismail itu bagai besi tembaga yang tidak bisa di
iris oleh pisau, jadi percobaan utk menyembelih selalu gagal dan gagal.
Akhirnya datanglah
gaungan suara yang seperti disebutkan tadi. Dan seketika Ibrahim menoleh, sudah
ada kambing sebagai penggantinya. Sebagaimana disebutkan di ayat ke-107 (وفديناه
بذبح عظيم)
“dan kami gantikan ia dengan sembelih yang agung”.
Beberapa ulama
menambahkan, bahwa Ibrahim “mengaku” cinta Allah swt, dan ketika Ismail lahir,
pun Ibrahim sama cintanya kepada Ismail. Melihat cintanya kepada Ismail yang
begitu besar, Allah swt tidak mau ada tandingan dalam percintaan kepada-Nya,
akhirnya Allah menguji keimanan dan kecintaan Ibrahim dengan perintah
penyembelihan itu.
Dan masih banyak
versi yang lainnya, yang dijelaskan oleh Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya
terkait ayat 102 surat al-Shaffat ini.
Wallahu A’lam
Selamat berpuasa Arofah dan merayakan Hari Raya Idul Adha 1433 H. Semoga pengorbana Nabi Ibrahim AS menjadi contoh bagi kita bahwa tidak ada kecintaan yang lebih besar dan diatas segala-galanya selain kecintaan kepada Allah SWT. Bagi yang berqurban, semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa anda bersama mengalirnya darah binatang qurban anda dan membalasnya dengan kebaikan sebanyak bulu-bulu binatang qurban anda. Jazaakallahu khoirol jazaa'. Wallahu a'lamu bishshowaab.
ReplyDeleteBarokallah..... 🙏🙏🙏
ReplyDelete