Daging Kurban Dimanfaatkan Sepihak
Assalamualaikum Wr. Wb...
ustadz! ane ada kejanggalan, dikampung ane ada seorang ustad yg mau hajatan nikahin anaknya tapi dia memanfaatkan daging qurban buat hidangan para tamu undangannya, bahkan dia menganjurkan kepada warga yg mau berqurban agar hewan qurbannya di kasihin ke dia semua skrg dia sudah mendapatkan 7 ekor kambing qurban, yang mau ane tanyakan gimana tu hukumnya memanfaatkan daging qurban buat kepentingan pribadi....???
PEMBAGIAN HEWAN QURBAN
Ada tiga objek peruntukan daging hewan sembelihan udhiyah. Pertama disunnahkan dimakan oleh yang menyembelihnya. Kedua dihadiahkan kepada kerabat dan sahabat. Dan ketiga disedekahkan kepada fakir miskin.
Oleh karena ada tiga objek peruntukan, maka sebagian ulama berkata bahwa sebaiknya daging itu dibagi tiga, sepertiga pertama untuk dimakan sendiri oleh yang menyembelih hewan udhiyah, sepertiga lagi untuk disedekahkan kepada fakir miskin dan sepertiga lagi sisanya untuk dihadiahkan kepada kerabat.
Namun jika lebih atau kurang dari sepertiga atau diserahkan pada sebagian orang tanpa lainnya, seperti hanya diberikan pada orang miskin saja tanpa yang lainnya, maka itu juga tetap diperbolehkan. Karena dalam masalah ini ada kelonggaran.
MASALAH
TAPI, kalo masalah nya seperti yang ditanyain itu, yaaa baiknya memang tanya dulu keada si Ustadz, apa dan kenapa bisa beliau berbuat begitu, mungkin beliau punya jawabn yng mungkin saja bisa diterima dan mungkin juga keliru.
dan baiknya juga ditanya pula ke orang-orang yang "RELA" daging kurbannya dimakan dan dimanfaatkan sendiri oleh si Ustadz. beliau-beliau itu mau kurban atau mau sedekah ke si Ustadz?
kalau memang yang terjadi itu bener-bener qurban, lalu dimanfaat kan sendiri oleh si Ustadz, *geleng-geleng kepala nih.
perlu diketahui, bahwa ibdah itu semuanya baik, apapun itu ibdahanya. dan PASTI bisa sangat menjadi TIDAK BAIK jika dieksekusi dengan cara yang tidak benar, tidak pas, dan tidak proporsional. artinya ibdah menjadi baik jika dikerjakan diwaktu yang tepat dengan cara yang tepat pula.
contoh yang paling deket tuh, dzikir ketika Imam sedang khotib jumat. dzikir nya bagus, ibadah. tapi menjadi buruk dan sangat tidak baik ketika itu dikerjakan ketika imam sedang berkhutbah. justru dengan dzikirnya itu, dia telah mencederai 2 ibadah sekaligus. dia mngotori dzikir dengan melakukannya di waktu yang tdk pas, dan dia merusak ibadah mendengarkan khutbah.
contoh lainnya, sholat dengan surat panjang. bagus banget itu krn bisa nambah kekhususan dan juga makin nambah pahala. tapi sholat dengan bacaan panjang itu menjadi buruk bahkan menjadi FITNAH kalo dilakuin ketika ia menjadi Imam dalam sholat berjamaah. bisa jadi makmum jadi kaga demen, kaga khusu' mala bbisa jadi ogah dateng ke masjid lagi.
NAh. esensi dari qurban itu memang ibadah dari si penyembelih qurban kepada Allah swt. krn itu ulama tdk "terlalu" mempermasalahkan kepada siapa daging kurban itu sampai, bahkan kepada si penyembelih juga tidak mengapa. walaupun Imam Ibnu Qudamah lebih mengutamakan bahwa daging kurban itu di bagikan kepada 2 kelompok saja, di sedekahkan kpd si miskin dan kpd kerabat tanpa dimakan sendiri oleh yang punya.
esensi lain (baca: maqoshid syariah) dari berqurban itu yaa berbagi. dan memang itu inti dari sebuah hari raya, kata Nabi kan hari raya itu, hari nya "makan" bagi ummat Islam. jadi kalo hari raya itu umat Islam pokoknya kaga boleh ada yang kelaperan. krn itu ada syariat zakat fitrah di romdhan yang memang tujuannya biar si miskin bisa makan dan ngga minta-minta lagi di hari raya ied fithri. sama halnya dengan ied adha ini, ada qurban biar hari raya ini bener-bener jadi hari raya yang ada makanannya yang bisa dimanakan.
lah kalo tuh daging kurban dimakan sendiri, yaaaa ngga sampe tuh maqhosid syariah nya berqurban. jadi esensi ibadahnya ilang dan ngga ada bekasnya.
wallahu A'lam
jadi gimana, boleh atau tidak penggunaan daging kurban untuk menjamu tamu dalam hajatan...
ReplyDeleteKalo menurut saya, terserah bagi pihak yang berkurban mau diapakan bagian daging kurban yang sudah menjadi haknya. Tapi kalau kelakuan kayak ustadz yang yang ditanyakan diatas, bagi saya pribadi, itu bukan sekedar telah mengotori status ustadz yang disandangnya, tapi juga telah melakukan perbuatan KOTOR karena telah memanfaatkan status "ustadz" nya ysng dibanyak kampung masih sangat dihormati karena mereka dianggap paling banyak tahu tentang hukum agama, dengan perbuatan yang menguntungkan dirinya pribadi tanpa punya dasar hukum sedikitpun. Manusia macam inilah yang kelihatan sangat taat beribadah, rajin shalat jama'ah, padahal tempatnya nanti justru didasar neraka jahannam. Ingatlah peringatan Allah SWT di surah Al Maa'uun. Jazaakallaahu khoirol jazaa'. Wallahu a'lamu bishshowaab.
ReplyDelete