Ustadz Dungu!
Wahai Ustadz,
Kau sungguh sangat mengerti
Dan lebih mengerti daripada aku
Tentang apa itu agama
Dan apa itu syariat
Jadi tentu saja kau sangat tahu apa itu sholat
Dan bagaiamana mengerjakannya
Sudah pasti kau juga hapal rukun-rukunnya
Karena kau adalah USTADZ
Tapi sepertinya ada yang tidak kau ketahui
Kau tidak tahu apa itu TARAWIH?
Bagaimana mengerjakannya?
Apa rukun-rukunnya?
Isya, tarawih, witir, itu semua sama
Sama-sama sholat, tidak ada yang beda
Rukun-rukunnya pun sama
Karena itu semua sholat
Tapi kenapa wahai Ustazd……
Kenapa setiap malam ramdhan ini
Kau “perkosa” tarawih yang suci itu
Kenapa tidak kau “perkosa” juga sholat yang lain
Kenapa hanya tarawih?
Kenapa kau begitu DUNGU dalam masalah ini?
Kenapa kau menjadi tidak adil?
Harus aku cabut gelar USTADZ-mu itu!
Kenapa kau belai lembut sang isya’?
Kau haluskan suaramu
Kau percantik bacaanmu
Kau sentuh dia dengan perlahan
Tapi kenapa itu tidak kau lakukan juga
Kepada Tarawih?
Kau perlakukan ia layaknya anak tiri
Kau mengotorinya dengan ke-DUNGU-an mu
Kau rusak bacaannya
Kau kasari gerakannya
Kau nafikkan Thuma’ninah-nya
Kau sungguh BODOH
Tidak tahu-kah kau siapa yang kau hadapi?
Siapa yang kau temui ketika tarawih?
Pantaskah kau bersikap begitu didepan Tuhan-mu?
Begitukah kau perlakukan syariat-Nya?
Apakah Tuhan-nya Tarawih berbeda dengan Tuhan-nya Isya’?
Sehingga kau beda-bedakan perlakuannnya
Apakah bacaan yang kau baca di tarawih berbeda dengan bacaan di Isya’?
Sehingga kau berani merusak keindahannya
Begitukah sikap-mu kepada sholat-mu?
Begitukah sikap-mu kepada Qur’an-mu?
Begitukah sikap-mu kepada Tuhan-mu?
Begitukah, wahai DUNGU!
Kuharap cepat-cepatlah kau sadar!
Salah satu bentuk judul yang menjadi kepala berita adalah yang attention catcher (menarik perhatian). Begitu pelajaran di pelatihan pers. Blog mas Zarkasih ini penuh dengan hal itu dan sangat pas dengan selera saya (hehehe makanan kaleee). Saya sendiri biasa bicara dengan orang lain dengan gaya seperti ini dan hasilnya ??? bisa ditebak...protes bertebaran di sana sini. Di Makassar ada KH. Bakri Wahid (orang Padang) yang biasa berbicara lugas dengan gaya Padangnya dan tanpa tedeng aling2 tapi tidak ada yang berani protes. Apa ini karena saya bukan KH atau belum setua beliau ? Jazaakallaahu khoirol jazaa'. Wallaahu a'lamu bishshowaab.
ReplyDeletehehe iya mas. Saya juga banyak dpt protes dr banyak pembaca soal tulisan saya yg diluar kebiasaan dan pemahaman mereka, di fb juga di blog nih. Ya mungkin karn nama kita tidak/belm mendapat tempat dan blm punya kedudukan dimata org lain, seperti KH.bakri wahid itu....
DeleteTapi bagaimanapun, walau banyak yg protes, tp tidk berarti membuat kita berhenti berkarya... Tetep berkarya mas isnan.
Terimakasih sudah mampir di blog saya! Syukron