Yang Baik Agamanya

Menikahlah dengan yang “baik agamanya”!


Kalimat ini selalu dan pasti sudah sering didengar oleh hampir seluruh muslim sejagad raya. Tapi yang menarik adalah kalimat “baik agamanya”-nya ini masih terlalu sempit atau disempitkan maknanya. Dan kadang juga salah arti.

Kebanyakan orang selalu menganggap bahwa yang “baik agamanya” itu adalah mereka yang paham agama, mengerti dalil-dalil syariah, pintar mengaji, selalu berpakaian koko (padahal koko dari CINA), pelajar difakultas syariah, aktif di kajian-kajian dan seterusnya.

Padahal tidak begitu juga. Kalau kita mau fair mengartikan dan memahami “baik agamanya” itu, kita bisa bilang bahwa tukang bangunan, kuli panggul di pasar itu juga “baik agamanya”, bahkan jauh lebih baik dari mereka yang setiap hari berbicara dalil syariah.

Karena agama ini bukan hanya masjid dan pengajian. Agama ini kehidupan! Yang “baik agamanya” itu adalah mereka yang bisa mengemplementasikan ajaran agama dalam kehidupannya sehari-hari. Agama bukan hanya dipakainya di masjid atau pengajian.

Agama memerintahkan kita untuk menebarkan manfaat sebanyak-banyak dalam kehidupan ini kepada manusia yang lain tanpa memandang suku, bahkan agama sekalipun. Maka orang yang dengan keilmuannya (walaupun bukan ilmu syariah), ia memberikan manfaat dan kebaikan kepada lingkungan sekitar, itu dia adalah orang yang baik agamanya.

Sesuai bidang kelimuannya. Dokter menebar manfaat dengan memberikan pemahaman kesehatan yang baik, mengobati dan seterusnya. Arsitek juga demikian, memberikan manfaat sesuai ilmu yang telah Allah swt anugerahkan kepadanya. Ekonomi kah, biologi kah, kimia kah, informatika kah, teknisi mesin alat berat juga sangat mungkin dan memang layak disebut sebagai yang “baik agamanya”.

Walaupun ia tidak mengerti syariah secara detail. Mereka hanya tahu sholat wajib yang 5, puasa ramadhan, zakat kalau punya, pergi haji kalau mampu, itu saja. Tapi dengan sekuat tenaga mereka memberikan manfaat dan kebaikan kepada umat dengan keilmuan yang telah Allah swt anugerahkan kepada mereka. Walaupun bukan ilmu agama!

Agama telah memerintahkan untuk umatnya berbuat baik, ramah, sopan, menghormati yang besar dan mengayomi yang kecil serta menghargai sesame. Maka siapapun dia –tanpa terkecuali- sudah berlaku seperti tuntunan agama, itu dia yang baik agamanya. Walalupun dia tidak ikut ormas Islam manapun!!!!

Jadi yang “baik agamanya” itu bukan yang paling banyak hapal dalil, bukan yang paling jago bicara soal syariah, bukan juga yang paling sering pakai baju koko, bukan juga yang paling lama dzikirnya di masjid. Tapi mereka yang paling pandai menerapkan substansi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Tidak mesti seorang ustadz!!!

Sekarang yang jadi pertanyaan, dengan ilmu yang telah Allah swt berikan kepada kita –ekonomi, biologi,  kimia, fisika, astronomi-, sudah kah kita memanfaatkannya untuk kemaslahatan umat ini, sebagai tanggung jawab kepada Allah swt yang telah menanugerahkannya kepada kita?

Atau malah kita meninggalkan ilmu itu semua dan beralih jadi jago dalil karena menganggap ilmu-ilmu umum tersebut yang besar manfaatnya tidak membuat kita masuk surga?

Lalu kata siapa, ilmu umum tidak bisa membuat kita selamat akhirat?   

Comments

Popular posts from this blog

Buku Panduan Belajar Imla' Gratis

Jangan Terlena Dengan Hadits "Seseorang Akan Dikumpulkan Bersama Orang Yang Ia Cintai"

Ketika Nenek Menyusui Cucunya