Logika Sudah Tidak Berlaku Lagi
Melihat dialog di ILC (Indonesia Lawyers Club) semalam di TvOne yang
lagi negbahas soal siapa dalang dari Mega Proyek Besar Hambalang yang
memakan uang negara sebesar 1,2 Triliyun. Wow!!!
Sebenernya dari dulu kurang suka ngedengerin orang-orang model kaya
gitu dialog, hanya saja dialog semalem itu ada 2 orang yang saya
kagumi ikut berkecampung dalam dialog para ahli hukum itu; Ust.
Adiyaksa Daud dan Prof. Ridwan Saidi.
Kalau Ust. Adiyaksa Daud ada disitu ya karena proyek hambalang itu
bersangkutan dengan dirinya sebagai mantan Menteri Olahraga yang
belakang difitnah oleh Menteri Ecek-ecek yang ngga profesional Andi
Malarangen bahwa hambalang itu proyek terusan atau lanjutan dari
menteri sebelumnya.
Padahal sejak Ust. Adiyaksa menjabat menteri proyek hambalang bukan
proyek sport center, tapi hanya proyek pembangunan sekolah atlet
tingkat SMP-SMA untuk mengganti sekolah yang di Ragunan karena memang
sudah tidak layak untuk disebut sebagai sekolah atlit. Dan dana yang
disiapkan pun bukan sehebat grand proyeknya malarangeng dan antek2nya
yang mencapai 1,2 Triliyun, tapi yang dianggarkan oleh Ust. Adiyaksa
itu cuma 125 Milyard.
Kalau Prof. Ridwan Saidi, entah untuk apa beliau ada disitu, mungkin
karena beliau budayawan sekaligus ahli sejarah, jadi diminta juga
beliau berbicara.
Saya tidak ingin ngomongin soal hukum atau politik, karena saya ngga
ngerti juga. Tapi dari perbincangan semalem ada yang menarik buat
saya, yaitu banyaknya kata "logika" yang dipakai oleh para politisi
dan ahli hukum itu.
Buat saya aneh. Ya aneh banget. Kenapa ngomongin koruptor kok mesti
pakai logika? Karena buat saya dalang-dalang Hambalang itu orang besar
dalam jajaran Koruptor di Indonesia, dan Koruptor itu udah ngga punya
lagi apa yang kita sebut "akal sehat". Otak mereka semua sudah hilang.
Jadi ngga ada sejarahnya Koruptor itu berpikir dengan Logika.
Kalau bicara soal koruptor jangan bicara soal Logika, karena mereka
sudah ngga punya itu semua. Bicara korutor itu yaa bicara soal nafsu,
hawa, tamak, serakah, dan orang yang hilang akal sehatnya.
Semalem banyak tuh yang ngomong, baik itu orang DPR yang memang
menjadi dalang juga dalam kasus ini, atau juga praktisi hukum yang
lain:
"logikanya, kalau ini begini jadinya maka seperti ini...bla bala bla..."
"logika mengatakan bahwa bla bla bla bal...."
"kalau memakai lOgika yang sehat, ini mustahil kalau kontraktor bla bla bla..."
"logikanya begini loh.....bla bla bla..."
Kata-kata logika yang mulia ini menjadi sia-sia menurut saya kalau
diucapkan didepan para koruptor.
Ada juga kader partai penguasa yang membela rekannya sesama partai
dengan bersembunyi dibalik kata "Logika". Dia berdalih bahwa ngga
mungkin proyek bisa dimulai awal 2010 kalau uangnya itu mengalir ke
kongres, dan kongres itu diselerenggarakan pada Mei 2010. Katanya "ini
kan nggga masuk Logika!".
Koruptor itu ngga pernah make logika setiap melakukan operasi
busuknya. Toh memang mereka telah kehilangan otak sehat dan logikanya.
Iya. Uang yang dimakan itu bukan uang pribadi orang, tapi orang
seluruh negeri ini, jutaan warga yang mereka sengsarakan. Dan para
koruptor itu tahu ini semua. Yang lebih parah, mereka tahu tapi masih
mereka makan juga tuh uang rakyak yang jumlah jutaan warga. Apa masih
bisa kita katakan orang yang melakukan kejahatan ini sebagai orang
yana masih sehat akalnya, lurus logikanya?
Bukan logika yang menggerakkan mereka tetapi nafsu dan keserakahan
serta cinta dunia yang berlebih yang menggerakan koruptor hina ini.
Mereka para koruptor itu orang yang bersekolah dan pasti pintar,
karena pintar maka ia tahu mana baik dan mana buruk. Mereka juga tahu
korupsi itu pembohongan publik.
Tapi nafsunya telah mengalahkan logika dan akal sehatnya, sehingga
mereka berani melakukan kejahatan itu semua.
Apa masih bisa dikatakan orang itu punya logika yang sehat kalau dia
setiap hari melihat kelaparan dan kemiskinan, tapi ia masih juga
memperkaya dirinya sendiri dari uang negara?
Apa masih dikatakan orang itu punya akal sehat kalau setiap hari ia
tahu banyak warga Indonesia yang miskin dan meninggal karena kurang
biaya untuk berobat, tapi ia tetap saja memalsukan dokumen untuk
mendapatkan uang haram dari anggaran negara ini?
Apa masih dikatakan orang itu punya logika yang lurus kalau ia sudah
tertangkap basah mengambil milyaran uang rakyat tapi ia masih bisa
tersenyum dan tertawa lepas didepan kamera?
Buat saya, sudahlah tinggalkan kata logika untuk para koruptor ini.
Mereka hanya punya hawa, nafsu, ketamakan dan kebekuan hati dalam diri
mereka.
Mungkin hanya kilatan tajamnya pedang serta tali besar untuk
menggantung leher yang bisa membuat para koruptor itu berhenti dari
profesi jahatnya tersebut.
Kata-kata Logika sepertinya sudah tidak berlaku lagi.
Wallahu A'lam
Comments
Post a Comment