Jadi Guru Ngaji, Why Not?

Saya selalu mengatakan kepada adik-adik kelas saya, baik yang pesantren ataupun yang non-pesantren (yang pesantren khususnya) dalam berbagai kesempatan baik itu pembekalan santri kelas akhir ataupun ketika ngobrol biasa,

"jangan malu, kalo akhirnya nanti keluar pesantren kita cuma ngajar ngaji anak-anak alus, anak-anak kecil,justru itu nilai plus buat kita.dan yang pasti pahalanya gede banget!"

Di pesantren, biasanya masa yang ditempuh itu masa SMP-SMA, jadi ketika mereka keluar dan lulus dari pesantren, mereka berada pada umur yang masih sangat muda. Umur dimana seorang manusia ingin menunjukkan keahliannya kepada sekiling dan lingkungan sekitar.

Ada rasa malu mungkin yang dirasa oleh anak-anak ini jika harus menjadi guru ngaji "A Ba Ta" di rumah atau masjid atau musholla masing-masing. Karena memang biasanya, ngajar ngaji anak-anak itu kerjaan ustadz kampung yang umurnya udah tua. "ustadz muda ngga gitu kerjaannya", mungkin begitu kira-kira perasaan yang timbul.

Terlebih lagi bahwa teman-teman mereka mayoritas meneruskan studi ke perguruan tinggi, yang bergensi bahkan, atau malah ada yang kuliah sampai ke luar negeri. 
Jadi malu juga kalau nanti ketika ada acara pertemuan dengan para teman-teman, yang lain dengan gagah membagakan kampusnya yang elit dan berkualitas. Ada lagi yang membagakan tempat kerjanya, ada juga yang membagakan yayasan dimana dia bernaung, dan sebagainya sebagainya sebagainya.
Jadi Guru Ngaji Itu Hebat
Saya tidak melarang mereka kuliah atau mereka bekerja, hanya saja sayang kalau segala ilmu yang telah didapat itu tidak dimanfaatkan. Masih banyak juga waktu setelah kulia atau kerja untuk mengajar ngaji kan?

Apalagi kalau (maaf) ekonomi orang tua kita lemah, kurang sanggup membiayai kuliah kita, beasiswapun kita tak dapat, bekerja pun sulit karena hanya punya ijazah SMA. 
Nah jadi guru ngaji itu jadi pilihan yang tepat. Tidak mesti ngajar ngaji untuk anak-anak, ngajar ibu-ibu dan bapak-bapak pun terbuka lebar, tentu sebatas ilmu yang kita miliki, yang tidak tahu serahkan kepada ahlinya. Atau mengisi mushola dan masjid dekat rumah jadi muadzin tetap.
Selain menyuburkan ilmu yang telah didapat dari pesantren, itu juga sarana yang paling mudaj untuk meraup pahala dari Allah SWT sebanyak-banyaknya. Dan tidak perlu malu! pekerjaan ini memang terlihat kecil, ndeso, tak bermutu. Tapi pekerjaan ini sungguh sangat besar kedudukannya dihadapan Allah SWT.

Bagaimana tidak? Ulama-ulama dunia yang bertebaran di seluruh penjuru alam ini itu hasil produk dari seorang guru ngaji di kampung. para ulama itu tidak akan tahu makna sebuah ayat Quran kalau tidak ngerti bahasa arab, bagaiamana ia ngerti bahasa arab kalau tidak ngudeng tulisan-tulisan arab itu, bagaimana ia tahu bentuk tulisan-tulisan arab kalau tidak mengaji ketika kecilnya dulu, dan siapa yang pertama kali mengenalkan ia dengan hurut-huruf qur'an itu? USTADZ si guru ngaji itu.

Berapa banyak pahala yang diterima oleh sang ulama atas ilmu yang ia sebarkan kepada khalayak ramai melalui ceramah, tulisan dan buku-bukunya? Tentu banyak sekali, dan sebanyak apapun pahala yang ia dapatakan, itu akan mengalir semua kepada guru ngajinya ketika kecil tanpa ada yang berkurang sedikitpun. Dan kita sudah tau hadits tentang ini. Tidak mau kah kita menjadi orang-orang yang dilimpahi pahala?.

Terlebih lagi bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan gelar "SEBAIK-BAIK MAKHLUK" kepada mereka yang belajar qur'an dan mengajarkannya.
"Sebaik-baik kalian ialah ia yang belajar qur'an dan mengajarkannya".

Ada Cerita Menarik Perihal Guru Ngaji
Beberapa waktu yang lalu kami kedatangan tamu dari saudi Arabia sana. Beliau seorang doktor syariah (maaf, saya lupa nama beliau) yang sudah lama mengajar di beberapa kampus, salah satunya ialah Imam Muhammad bin Suud Islamic University Riyadh.

Sama seperti tamu-tamu yang sudah datang sebelumnya. Beliau kemudian menyampaikan taushiah dan taujihnya kepada kami tentang bagaimana mestinya menjadi Tholibul-Ilmi. Lalu belaiu bercerita tentang mahasiswanya yang ia temui di acara semacam reuni.

Beliau adalah doktor yang sudah banyak menghasilkan para ulama yang dulu belajar kepada beliau. Tentu saja ketika bertemu, para murid yang sudah jadi ulama tersebut saling bercerita tentang pengalaman mereka soal dakwah dan juga yayasan-yayasan yamg telah mereka dirikan. Dan juga pangkat mereka dimasyarakat yang tidak bisa dikatakan kecil, mereka mendapat tempat yang dumuliakan oleh sekitar.

Tapi ditengah itu semua, ada salah seorang murid belaiu yang hanya memojokkan diri sendiri di pojok ruangan tanpa ada yang menemani. Rasa malu terlihat sekali dari raut muka wajahnya, dan sesekali tersenyum melihat mereka yang lewat di hadapannya.

Sang doktor dengan nalurinya yang mengayomi akhirnya mendekati muridnya yang kesepian ini. Kemduian bertanya: "apa yang membuat kamu berdiri sendiri disini? Kenapa tidak bergabung dengan yang lainnya?"

Ia jawab: "maaf dok, saya malu! Lihat murid-murid doktor sekarang, mereka semua sudah jadi orang-orang besar dengan semua pangkat-pangkat mereka yang bermacam-macam.

Tapi saya bukan itu semua, saya bukan dosen, saya juga tidak punya yayasan pendidikan, saya juga tidak meneruskan studi lagi.

Saya cuma guru ngaji untuk anak-anak kecil dimasjid dekat rumah saya. Saya malu kalau harus gabung bersama mereka."

Dengarkan bagaimana sang doktor menjawabnya.

"kamu tahu kan Imam Sudais? Kenal kan sheikh 'Arifi? Kenal kan Imam ini, Imam itu? Kamu tahu siapa yang pertama kali mengajarkan beliau-beliau alif pertama kali itu sehingga menjadi Imam masjid haram, jadi imam besar,...?"

Sang murid hanya menggelengkan kepala.

Doktor meneruskan: "apakah Allah lupa dengan jasa para guru-guru mereka sehingga mereka jadi seperti sekarang ini?"

Mulai guratan senang nampak diwajah sang murid.

"kamu jauh lebih baik dari mereka"
Wallahu A'lam

Comments

  1. subhanallah, mantapp kang

    tiap kali saya mengaji, saya juga selalu teringat jasa guru-guru ngaji saya dulu, semoga pahala selalu dilimpahkan kepada mereka

    ReplyDelete
  2. Subhanalloh..sangat menginspirasi

    ReplyDelete
  3. Terima kasih kang, sangat menginspirasi

    ReplyDelete
  4. Terima kasih kang, sangat menginspirasi

    ReplyDelete
  5. sy cuma seorang ibu rumah tangga biasa .memang sy pernah mempunyai pengalaman sebagai guru paud .tp kl ini ada yg berbeda sy di butuhkan utk membantu mengajarkan ank di lingkungan sy utk mengaji .padahal ilmu agama sy masih minim .kt pak ustad nya ya km mengajar sambil belajar nanti sm sy .bagaimana ya sy binggung apakah boleh sy takut salah .hal ini masih berkecamuk di batin sy apakah saya layak mengajar tolong klw ada yg sudi utk mengomentarinya

    ReplyDelete
  6. Masyaa Allah,,,semoga terinspirasi & bisa diamalkan.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Buku Panduan Belajar Imla' Gratis

Jangan Terlena Dengan Hadits "Seseorang Akan Dikumpulkan Bersama Orang Yang Ia Cintai"

Ketika Nenek Menyusui Cucunya