Sholat Ritual dan Sosial

“Manusia itu, kalaupun ia tidak mempunyai tangan, ia akan masih tetap disebut sebagai manusia. Kalaupun ia juga tidak mmpunyai kaki, dua-duanya bahkan, ia masih akan tetap disebut manusia. Kupingnya ada yang buntung, atau matanya cacat, ia akan tetap disebut sebagai manusia.

Tapi kalau ia sudah tidak mempunyai kepala, apakah ia akan masih tetap disebut sebagai manusia? Tentu tidak! Semua yang melihatnya akan bilang bahwa itu adalah mayat yang berjalan. Mansia tidak akan disebut sebagai manusia jika ia tidak mempunyai kepala.

Begitu juga sholat! Sholat untuk orang Muslim sama kedudukannya seperti kedudukan kepala bagi manusia; yaitu sebagai identitas nyata bahwa ia itu manusia, sholat juga identitas nyata bahwa ia adalah seorang Muslim.

Syariah tidak menganggap orang itu sebagai Muslim kepada siapa yang ketika dipanggil untuk sholat, ia menolak dan mengatakan bahwa sholat itu tidak wajib. Nabi SAW perbah bersabda: “ bahwa yang mnjadi pemisah antara muslim dan Kekafiran serta syirik ialah sholat.” (HR Muslim)

Dalam riwayat lain yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Rasul Saw bersabda: “tidak dikatakan kafir ketika seorang meninggalkan seuah amal kecuali ia meninggalkan sholat.”

Jadi sholat bukan hanya sholat social saja. Sholat ritual pun dituntut untuk kita lakukan sebagai identitas sebagai seorang muslim. Ya sholat social juga penting, karena itu adalah emplementasi dari sholat ritual itu sendiri. Tapi bukan berarti yang ritual harus ditinggalkan. Itulah indahnya Islam, agama ini memperhatikan bukan saja dalam atau luar, tapi dua sisi itu sangat dipentingkan"

Begitu penjelasan sang ustazd kepada muridnya yang sedari kemarin sedang galau mengenai sholat social dan sholat ritual. Karena banyak dari temannya yang sudah mulai terjerat dalam paham sesat Libaralis yang mengatakan bahwa sholat itu tidak penting, yang penting ialah sholat social.

Pemahaman yang sama sekali tidak menunjukkan bahwa orang itu intelek. Ideology yang dibawa oleh orang-orang LIberal juga tidak jelas. Mereka menyamakan semua agama yang sudah jelas berbeda dan masing-masing mempunyai klaim-klaim kebenaran yang tidak bisa seenaknya diganggu.

Mereka beragama islam, tapi membenarkan Isa Mati di tiang salib. Mereka beragama katholik tapi mereka juga membenarkan bahwa isa itu seorang hamba. Ideology yang abu-abu ini; tidak kesana dan tidak kesini adalah suatu ideology. Mereka menyamakan semua tuhan dari seluruh agama. Langkah ini  bukan menylesaikan perasalahan antar umat beragama tapi malah memperkeruh suasana.

Mereka juga selalu menggembor-gemborkan soal bahwa agama (khusunya Islam) itu diturunkan sebagai Rahmatan Lil-‘Alamin. Tapi mereka malah menafsirkan rahmatan lil’alamin itu sendiri dengan sangat keliru. Bukan dengan tafsiran yang sesuai seperti apa yang dibawa oleh Nabi saw.

Dikesempatan yang akan datang kita akan bahas InsyaAllah tentang makna Rahmatan Lil’Alamin sesuai dengan pemahaman Ahlu Sunnah Wal-Jamaah, bukan dengan tafsiran paham sesat Liberal.

wallahu A'lam    

Comments

Popular posts from this blog

Buku Panduan Belajar Imla' Gratis

Jangan Terlena Dengan Hadits "Seseorang Akan Dikumpulkan Bersama Orang Yang Ia Cintai"

Ketika Nenek Menyusui Cucunya