Masjid Kok Dikunci??
Awalnya ada teman bbm (Blackberry Message) dari pulau seberang yang sedang berbagi cerita. Lalu sampailah ceritanya pada gambara masjid didaerahnya yang menurutnya ngga banget lah. Katanya:
"Kamu tau,.. Bahkan ada mesjid yg dikunci setelah sholat usai.. Takut kecurian gitu"
Lalu saya balas: "loh justru hampir seluruh masjid di jakarta yaa seperti itu, dan ketakutan itu wajar sekali kalau melihat kondisi sekarang!"
Beliau mempertanyakan kenapa tidak adanya saling mempercayai sesama saudara muslim, kenapa harus selalu saling curiga sampai masjid pun dikunci segala. Bagaimana dengan musafir.
Kalimat yang pertama kali terbesit dalam benak saya ketika mendengar ini ialah: "jangan buta dalam beragama! Harus tahu dan mengerti kondisi serta situasi sekitar!"
Jangan asal hanya karena ini ibadah, hanya karena ini sunnah, ada haditsnya kemudian dikerjakan membuta tanpa melihat kondisi dan situasinya.
Tapi karena hal itu tidak ada haditsnya atau tidak pernah dikerjakan oleh orang-orang terdahulu kemudian ditinggalkan. Tidak bisa seperti itu. Kita juga harus cerdas sosial dalam beragama.
Harus diingat, syariat agama ini baik dan selamanya baik, bagaimanapun syariat agama ini baik dan tidak ada celah keburukannya. Hanya saja jika dilakukan dengan cara dan kondisi serta waktu yang tidak tepat akan membuat kesan yang negatif.
Bukan syariatnya yang negatif. Tapi kesan yang ditimbulkan akibat syariat itu dikerjakan secara sembrono, akan menghasilkan kesan negatif dari para pemerhatinya. Kita sudah punya banyak contoh tentang itu.
Sholat dengan memakai sendal itu sunah, tapi bisa menjadi musibah kalau dia sholat begitu dimasjid yang sudah bekeramik bersih. Dan masih banyak lagi contoh lainnyan yang sering kita jumpai dalam beberapa kesempatan.
Kembali ke masalah, menutup masjid di malam hari. Membuka dan membiarkan masjid di malam hari memang baik, artinya membuka pintu bagi mereka yang mau beri'tikaf atau memberikan ruang teduh untuk musafir, seperti tadi dikatakan.
Tapi kita juga tidak bisa menutup mata, bahwa membiarka masjid terbuka begitu saja di malam akan membuka ruang untuk kemudhorotan yang lebih besar juga.
Masjid zaman sekarang berbeda dengan masjid zaman dulu yang hanya hamparan lantai tak berkeramik, bahkan mimbar pun tak ada. Masjid zaman sekarang berbeda. Ada kotak amalnya yang berisikan uang infaq umat, ada ampli, ada speker, ada mikrophone yang harganya tidak bisa dibilang murah.
Kalau masjid dibiarkan terbuka, sedangkan tidak ada penjaganya, kemungkinan-kemungkinan buruk pasti terjadi. Seperti pencurian contohnya yang banyak terjadi. Kitapun sering dengar pencurian kotak amal, hilangnya karpet masjid, mikrophone masjid yang tiba-tiba lenyap dan seterusnya.
"Apakah kita selalu saling mencurigai?" Kita menyadari itu, tapi kita juga tidak bisa menutup mata, bahwa banyak oknum-oknum yang memang harus diwaspadai. Bukan saling mengcurigai, justru ini bagian dari pembelajaran saling mempercayai bagi masyarakat muslim kita yang belum mencapai level masyarakat yg diimpikan.
Jadi kalau masjid tetap dibiarkan terbuka tak terkunci memang baik, tapi ada bahaya yang mengancam. Dalam kaidah fiqih, ada istilah "Daf'u Al-Mafasid Muqoddam 'Ala Jalbi Al-Masholih" (menolak keburukan didahulukan daripada mendatangkan kebaikan) artinya kalau sesuatu jika dikerjakan bukan hanya bisa memberikan kebaikan tapi juga menimbulkan keburukan, maka tidak mengerjakannya lebih baik guna mengubur keburukan agar tidak muncul daripada mengerjakannya tapi ada keburukan yang timbul.
Begitu juga perihal membiarkan masjid terbuka tak terkunci dimalam hari. Ada kebaikannya, akan tetapi keburukannya pun ada dan malah lebih besar. Belum lagi, kemungkinan orang-orang berandalan atau preman atau mungkin juga orang "gila" yang menjadikan masjid/musholla tempat nongrong dan akhirnya tidur denga sebelumnya menabur sampah disitu. Dan bukan tidak mungkin para berandalan itu membawa najis yang bisa mengotori lantai masjid.
Terkait masalah ini, penulis punya pengalaman lucu. Di Musholla dekat tempat tinggal kami, biasanya setelah sholat isya berjamaah, musholla dikunci karena merbotnya harus pulang. Tapi anehnya mushola tetap bisa diselundup oleh orang tak dikenal.
Posisi tmpat sholat Imam diapit oleh 2 ruangan, ruangan radio/mikrophon dan ruang karpet. Setelah sholat subuh, sang Imam merasa ada yang gaduh di rungan samping Imam, setelah dibukan benar saja, ada orang "gila" yang sedang ketakutan didalamnya. Rupanya semalam dia menyelundup masuk, entah bagaimana caranya. Hehe.
Kalau ditanyakan "musafir nanti bagaimana?". Jangan bayangkan kalau musafir zaman sekarang itu orang dengan baju lusuh sambil membawa buntelan kain yang dipanggul di pundaknya. Itu musafir zaman dulu, yang keberadaannya sekarang sudah hampir tidak ada kecuali di sinetron dan kisah-kisah dongeng.
Musafir zaman sekarang jelas berbeda. Mereka mayoritas berkendaraan, entah itu kendaraan roda dua atau roda empat. Tempat istirahatnya pun di hotel, motel atau rumah-rumah pengiinapan kecil. Tidak lagi mencari masjid atau musholla untuk didiami. Jadi yaa kalau masjid mesti dibuka hanya karena alesannya khawatir ada musafir yang datang benar-benar tidak layak.
Jadi dalam beragama tidak boleh buta, harus lihat situasi dan kondisi sekitar agar penerapan syariahpun tidak salah kaprah.
Wallahu A'lam
"Kamu tau,.. Bahkan ada mesjid yg dikunci setelah sholat usai.. Takut kecurian gitu"
Lalu saya balas: "loh justru hampir seluruh masjid di jakarta yaa seperti itu, dan ketakutan itu wajar sekali kalau melihat kondisi sekarang!"
Beliau mempertanyakan kenapa tidak adanya saling mempercayai sesama saudara muslim, kenapa harus selalu saling curiga sampai masjid pun dikunci segala. Bagaimana dengan musafir.
Kalimat yang pertama kali terbesit dalam benak saya ketika mendengar ini ialah: "jangan buta dalam beragama! Harus tahu dan mengerti kondisi serta situasi sekitar!"
Jangan asal hanya karena ini ibadah, hanya karena ini sunnah, ada haditsnya kemudian dikerjakan membuta tanpa melihat kondisi dan situasinya.
Tapi karena hal itu tidak ada haditsnya atau tidak pernah dikerjakan oleh orang-orang terdahulu kemudian ditinggalkan. Tidak bisa seperti itu. Kita juga harus cerdas sosial dalam beragama.
Harus diingat, syariat agama ini baik dan selamanya baik, bagaimanapun syariat agama ini baik dan tidak ada celah keburukannya. Hanya saja jika dilakukan dengan cara dan kondisi serta waktu yang tidak tepat akan membuat kesan yang negatif.
Bukan syariatnya yang negatif. Tapi kesan yang ditimbulkan akibat syariat itu dikerjakan secara sembrono, akan menghasilkan kesan negatif dari para pemerhatinya. Kita sudah punya banyak contoh tentang itu.
Sholat dengan memakai sendal itu sunah, tapi bisa menjadi musibah kalau dia sholat begitu dimasjid yang sudah bekeramik bersih. Dan masih banyak lagi contoh lainnyan yang sering kita jumpai dalam beberapa kesempatan.
Kembali ke masalah, menutup masjid di malam hari. Membuka dan membiarkan masjid di malam hari memang baik, artinya membuka pintu bagi mereka yang mau beri'tikaf atau memberikan ruang teduh untuk musafir, seperti tadi dikatakan.
Tapi kita juga tidak bisa menutup mata, bahwa membiarka masjid terbuka begitu saja di malam akan membuka ruang untuk kemudhorotan yang lebih besar juga.
Masjid zaman sekarang berbeda dengan masjid zaman dulu yang hanya hamparan lantai tak berkeramik, bahkan mimbar pun tak ada. Masjid zaman sekarang berbeda. Ada kotak amalnya yang berisikan uang infaq umat, ada ampli, ada speker, ada mikrophone yang harganya tidak bisa dibilang murah.
Kalau masjid dibiarkan terbuka, sedangkan tidak ada penjaganya, kemungkinan-kemungkinan buruk pasti terjadi. Seperti pencurian contohnya yang banyak terjadi. Kitapun sering dengar pencurian kotak amal, hilangnya karpet masjid, mikrophone masjid yang tiba-tiba lenyap dan seterusnya.
"Apakah kita selalu saling mencurigai?" Kita menyadari itu, tapi kita juga tidak bisa menutup mata, bahwa banyak oknum-oknum yang memang harus diwaspadai. Bukan saling mengcurigai, justru ini bagian dari pembelajaran saling mempercayai bagi masyarakat muslim kita yang belum mencapai level masyarakat yg diimpikan.
Jadi kalau masjid tetap dibiarkan terbuka tak terkunci memang baik, tapi ada bahaya yang mengancam. Dalam kaidah fiqih, ada istilah "Daf'u Al-Mafasid Muqoddam 'Ala Jalbi Al-Masholih" (menolak keburukan didahulukan daripada mendatangkan kebaikan) artinya kalau sesuatu jika dikerjakan bukan hanya bisa memberikan kebaikan tapi juga menimbulkan keburukan, maka tidak mengerjakannya lebih baik guna mengubur keburukan agar tidak muncul daripada mengerjakannya tapi ada keburukan yang timbul.
Begitu juga perihal membiarkan masjid terbuka tak terkunci dimalam hari. Ada kebaikannya, akan tetapi keburukannya pun ada dan malah lebih besar. Belum lagi, kemungkinan orang-orang berandalan atau preman atau mungkin juga orang "gila" yang menjadikan masjid/musholla tempat nongrong dan akhirnya tidur denga sebelumnya menabur sampah disitu. Dan bukan tidak mungkin para berandalan itu membawa najis yang bisa mengotori lantai masjid.
Terkait masalah ini, penulis punya pengalaman lucu. Di Musholla dekat tempat tinggal kami, biasanya setelah sholat isya berjamaah, musholla dikunci karena merbotnya harus pulang. Tapi anehnya mushola tetap bisa diselundup oleh orang tak dikenal.
Posisi tmpat sholat Imam diapit oleh 2 ruangan, ruangan radio/mikrophon dan ruang karpet. Setelah sholat subuh, sang Imam merasa ada yang gaduh di rungan samping Imam, setelah dibukan benar saja, ada orang "gila" yang sedang ketakutan didalamnya. Rupanya semalam dia menyelundup masuk, entah bagaimana caranya. Hehe.
Kalau ditanyakan "musafir nanti bagaimana?". Jangan bayangkan kalau musafir zaman sekarang itu orang dengan baju lusuh sambil membawa buntelan kain yang dipanggul di pundaknya. Itu musafir zaman dulu, yang keberadaannya sekarang sudah hampir tidak ada kecuali di sinetron dan kisah-kisah dongeng.
Musafir zaman sekarang jelas berbeda. Mereka mayoritas berkendaraan, entah itu kendaraan roda dua atau roda empat. Tempat istirahatnya pun di hotel, motel atau rumah-rumah pengiinapan kecil. Tidak lagi mencari masjid atau musholla untuk didiami. Jadi yaa kalau masjid mesti dibuka hanya karena alesannya khawatir ada musafir yang datang benar-benar tidak layak.
Jadi dalam beragama tidak boleh buta, harus lihat situasi dan kondisi sekitar agar penerapan syariahpun tidak salah kaprah.
Wallahu A'lam
Kondisi sekarang memang membuat, mau tidak mau, suka tidak suka, masjid harus dikunci pintunya. Karena yang namanya pencuri zaman sekarang mana ada yang masih lihat tempat dan waktu kalau mau mencuri. Pokoknya kalau ada kesempatan..sikaaat. Tapi demi tegaknya hukum, apapun bentuk pencurian itu, yang namanya mencuri, ya tetap saja mencuri, walaupun cuma sandal. Tapi sayangnya di Indonesia, tegaknya hukum lebih banyak berada dipihak pencuri kelas teri semacam ini, sedangkan kalau pencuri kelas kakap yang mainnnya milyaran sama trilyunan, hukum tampaknya masih impoten. Padahal Rasulullah SAW sudah memperingatkan bahwa salah satu tanda kehancuran satu kaum ialah apabila hukum lebih ditegakkan pada kaum yang lemah (miskin) dibanding kaum yang kuat (kaya). Jazaakallahu khoirol jazaa'. Wallahu a'lamu bishshowaab
ReplyDeleteMESJID ITU TEMPAT IBADAH, BUKAN TEMPAT MENYIMPAN KOTAK AMAL...KEMBALIKAN MESJID KE FUNGSI NYA, BAGAIMANA HUKUM NYA SAAT KITA MAU SHOLAT KE SUATU MESJID DAN KEMUDIAN TIDAK JADI MELAKSANAKNA SHOLAT DI KARENAKAN MESJID NYA DI KUNCI...?
ReplyDeleteMESJID DI BANGUN SEMAKIN MEGAH, TETAPI MALAH FUNGSI DARI MESJID ITU DIHILANGKAN, BUKAN NYA LBIH BAIK I'TIKAP DI MESJID DARI PADA DI MALL ?
MESJID SEMAKIN MEGAH, TETAPI SEMAKIN SEPI GA ADA YG MAU SINGGAH,
DI LARANG TIDUR DI MESJID HANYA KARENA KARPET TAKUT KOTOR.....
MESJID DI KUNCI KARENA TAKUT KEHILANGAN ASE DAN KOTAK AMAL...,
KNAPA SELALU MENGEDEPANKAN MASALAH DUNIAWI YA USTAZD KIYAI....? SUBHANALLAH...
TIDAK ADAKAH JLN KELUAR LAIN NYA....? AGAR MESJID SELALU WELCOME....
SAYA PALING BENCI JIKA MELIHAT ADA MESJID YG DI KUNCI.
Sebelumnya saya berpendapat seperti bapak, sampai kemudian saya menjadi pengurus mushola di komplek yg letaknya pinggir jalan raya.
DeleteApa yang terjadi pada langgar kami, kotak amalnya menjadi seperti tabungan bagi si pencuri. Pada periode tertentu dia balik untuk mencuri isinya. Ketika menjadi gembok, gembok nya dirusakkan. Tidak kurang dari lima kali kami ganti gembok akibat di bobol. Lalu saya belikan rantai dan digembok berlapis, akhirnya kaca kotak amal kami dipecahkan.
Selanjutnya kami ganti dengan pelat besi yg tidak menampakkan isinya. Tetap saja gembok rusak dan dada satu kejadian yg hilang dengan kotak amal nya.
Kejadian lain radio kecil kami yang harganya tidak sampai tiga ratus juga hilang bersama sajadah imam. Kami menduga sajadah unutk bungkus radio itu.
Paling akhir kami pasang cctv. Tertangkap di cctv kami pencurinya bahkan mengambil....mukena perempuan. Saya betul betul tidak memahami bagaimana dia sanggup mengambil itu. Lalu fotonya kami print dan kami pajang di depan mushalla. Alhamdulillah sejak saat itu kami tidak kecurian lagi, namun kami belum berani membiarkan mushola tidak dikunci malam hari.
Mudahan share kami ini bermanfaat, bahwa beragama harus secara kaffah, memberikan kemaslahatan bagi ummat. Kalau tidak mengunci banyak mudharat nya terpaksalah dahulu dikunci sambil kami sediakan sejarah di teras yanng rutin kami bersihkan. Tks
Masjid itu tempat ibadah jadi jangan di gembok atau dikunci.! Kalau takut kehilangan kotak amal, ya biar saja mungkin itu uang tidak dibagikan ke fakir miskin hanya digunakan sekedar mempercantik tampilan, ukiran macam macam di dalam masjid. Masjid juga dicuri mungkin karena ketidakikhlasan oknum dari pengurus masjid menjaga dan merawat masjid makanya masjid jauh dari hidayah Alloh swt. Masjid gembok ini sudah banyak nampak pelit membukakan pintu walau untuk sekedar merenung dan istrahat apalagi berzikir. Yang jelas saya tidak akan pernah suka dengan orang yg mengunci masjid, apa dia tak takut hatinya terkunci dan tak memberikan kesempatan manusia yg mau beribadah. Orang numpang tidur kadang diusir bahkan dipulangkan. Ini negeri aneh negeri islam yg serba aneh
ReplyDeleteSetuju sekali dengan tulisan bapak Ahmad Zarkasy👍
ReplyDeleteAwalnya masjid yang kami kelola tidak pernah dikunci, tapi karena banyak mudaratnya kami terpaksa mengunci masjid.
Mulai dari kotak amal yg hilang, ampli, sandal jamaah yg hilang, brandalan tidur di masjid. Jadi kami rasa sebaiknya bagian dalam masjid di kunci, sedangkan untuk yg ingin solat kami selalu sediakan sajadah dan lantai yg selalu bersih sehingga jika ada musafir yg datang bisa tetap solat di pelataran masjid.
Sekretariat kami juga buka 24 jam jika ada musafir yg ingin benar" solat di dalam masjid bisa meminta pengurus untuk membuka pintu masjid.
Namun, ternyata situasi dan kondisi saat ini bukan musafir yg datang dan singgah di masjid untuk i'tikaf tapi malah berandalan" yg tidur di masjid bahkan bukan cuma tidur mereka kadang pijat di pelataran masjid.
Bukan sehari atau dua hari mereka tidur di masjid tapi setiap malam. Namanya orang tidur tidak selalu bersih bisa saja dia ngeces atau mimpi basah dan itu malah mengotori masjid.
Kami sudah mencoba menegur tapi tetap saja mereka tidur di masjid.
Jadi pada situasi dan kondisi seperti sekarang lebih baik masjid dikunci.