Persatuan Islam Hanya Impian, Jika ...
Dulu Nabi s.a.w. punya ART  (Asisten Rumah Tangga) seorang anak laki-laki Yahudi, bukan Islam. Suatu saat anak  Yahudi ini sakit dan tidak masuk kerja, akhirnya Nabi s.a.w mengunjunginya di  rumah anak Yahudi itu. Sampai di rumahnya, ada ayah anak itu yang juga  sama-sama enganut Yahudi sedang menunggu sang anak. Setelah meminta izin kepada  sang ayah, Rasul s.a.w. mendekati anak tersebut lalu mengajaknya untuk  bersyahadat; masuk Islam. Diajak masuk Islam, anak itu bingung karena ada sang  ayah di dekatnya. Sesekali melirik ayahnya, sesekali melirik Nabi s.a.w.,  sampai akhirnya sang ayah berbicara: "Anakku! Taati Abu Qasim (Muhammad)!". Mendapat  izin dari ayahnya, anak itu bersyahadat. Kemudian Nabi s.a.w. keluar dari rumah  sambil mengucapkan: "Alhamdulillah, Allah telah menyelamatkan anak itu dari  neraka dengan wasilahku". 
Poin dari cerita ini, mari kita  berfikir sejenak. Agama adalah identitas setiap diri yang siapapun dia pasti  akan membela agamanya jika ia dihina, dan siapapun dia pasti akan marah jika  disuruh untuk meninggalkan agama nenek moyangnya. Tapi lihat bagaimana relanya  sang ayah yang seorang Yahudi membiarkan anaknya melepaskan agama dan kepercayaan  nenek moyangnya hanya karena seorang Muhammad s.a.w. 
Kita berandai-andai sekarang,  kira-kira jika Nabi s.a.w. ketika bergaul dengan orang non-muslim dengan keras  dan bengis, asal hantam, mulut kotor doyan mencaci, apakah mau seorang yahudi  membiarkan anaknya ikut kepada Muhammad? Tidak mungkin! Itu bukti nyata bagi  kita –yang mengaku cinta dan mengikuti Nabi s.a.w.- bahwa apa yang dilakukan  Nabi s.a.w. dalam menyampaikan agama ini bukan dengan caci maki, prasangka,  dusta, kebencian, Nabi s.a.w. menyampaikan agama ini dengan cinta dan kasih  sayang; karena memang tujuan dakwah ini adalah mengajak orang lain menuju  kepada sang Maha cinta dan Sayang. Bagaimana bisa mengajak kepada cinta tapi  dengan kebencian? 
Kita setiap hari berteriak "persatuan islam!", "Umat islam harus bersatu!", dan teriakan-teriakan semisalnya yang penulis pribadi agak geli mendengar dan melihatnya. Berteriak persatuan Islam, akan tetapi apa yang dilakuakn justru bukan membuat persatuan itu terwujud, malah menghancurkan persatuan. Kalau memang ingin sekali bersatu, maka jalankan cara-cara bersatu itu sebagaimana yang sudah Nabi s.a.w. contohkan. Saling berbuat baik, saling memafkan, jauhi prasangka buruk, jangan memandang saudara sebagai musuh. Nyatanya, semua instrument persatuan jutsru tidak dilaksanakan oleh mereka yang mengajak bersatu itu. Sungguh aneh.
.jpg) 
 
 
Comments
Post a Comment