Sejarah Perumusan Kalender Hijriyah
Bisa dikatakan bahwa penanggalan  Hijriyah yang banyak dikenal oleh kaum muslim itu adalah produk politik yang  dikeluarkan semasa Sayyidina Umar menjabat khalifah. Dikatakan demikian karena  memang motivasi terbentuknya penanggalan tersebut guna kelancaran system  kenagaraan ketika itu. 
Dalam kitabnya Fathul-Baari (7/268),  Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menyebutkan secara detail runutan kejadian lahirnya  penanggalan hijriyah tersebut. Dan perlu diketahui bahwa nama-nama bulan dalam  penanggalan hijriyah itu bukanlah wahyu, tapi justru bangsa Arab sejak zaman  jahiliyah pun sudah memakai nama-nama itu; seperti Sya'ban, Ramadhan, Syawal  dan yang lainnya. Tentang nama-nama tersebut akan kita bahasa di sub bab  berikutnya. 
Jadi, orang-orang sebelum Nabi lahir  pun sudah mengenal nama Rabi' al-Awwal dan juga Rabi' al-Tsani atau juga Rajab  serta Dzul-Hijjah. Initinya bahwa nama-nama itu telah ada dan dipakai oleh  orang Jahiliyah. Jadi bukan hanya khusus orang Islam saja. 
Beliau (Imam Ibnu Hajar al-Asqalani)  menceritakan bahwa setelah 2 tahun setengah menjabat sebagai khalifah, tepatnya  pada tahun ke 17 Hijrah, sayyidina Umar mendapat kiriman surat dari ssalah satu  gubernurnya, yaitu Abu Musa al-Asy'ari yang mengadu kalau beliau kebingungan;  karena banyak surat sayyidina Umar yang datang ke beliau tapi tidak ada  tanggalnya.
Dalam rak gubernur terdapat banyak  surat yang membuat beliau (Abu Musa al-Asy'ari) bingung untuk menentukan surat  mana yang baru dan mana surat yang lama, mana perintah terbaru dan mana  perintah sudah using. Karena itu beliau menyarankan kepada sayyidina Umar untuk  membuat sebuah penanggalan agar tidak terjadi lagi kebingungan di antara  gubernur-gubernurnya.
Mendapat aduan dan tersebut,  akhirnya sayydina Umar memanggil semua staf dan orang penting-nya untuk  berdiskusi merumuskan dan memformulasikan sebuah penanggalan agar tidak lagi  ada yang kebingungan. Selain itu juga, penanggalan –pastinya- akan sangat  membantu kinerja para staf dan gubernur serta masyarakat luas.
Kapan Memulai Tahun?
Setelah berdiskusi dan sepakat bahwa  mereka harus memilik standarisasi penanggalan demi kemaslahatan, mereka  berselisih dalam menentukan kapan tahun pertama itu dimulai dalam penanggalan  mereka?  
Ada yang mengusulkan tahun pertama  dimulai di tahun Gajah; dimana Nabi lahir.  Ada juga yang mengusulkan di tahun wafatnya  Nabi. Dan tidak sedikit yang mengusulkan di tahun Nabi diangkat menjadi Rasul  dimana wahyu pertama turun. Dan juga opsi di tahun hijrahnya Nabi ke Madinah.
Dari 4 opsi ini, akhirnya sayyidina  Umar memutuskan untuk memuali tahun di tahun hijrahnya Nabi dari Mekkah ke  Madinah atas usulan dan rekomendasi sayyidina Utsman dan Ali r.a. beliau tidak  memilih tahun kelahiran dan tahun diangkatnya Nabi menjadi Rasul karena memang  ketika itu juga mereka masih berselisih tentang waktu kapan tepatnya Nabi  lahir, dan kapan wahyu pertama turun. 
Sedangkan tahun wafatnya, sayyidina  Umar menolak menjadikannya permulaan tahun karena di tahun tersebut banyak  kesedihan. Akhirnya beliau memilih tahun hijrahnya Nabi; selain karena jelasnya  waktu tersebut, hijrah juga dianggap menjadi pembeda antara yang haqq dan yang  bathil ketika itu. Dan menjadi tonggak awal kejayaan umat Islam setelah  sebelumnya hanya berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
Karena itulah kalender ini dinamakan  kalender Hijriyah; karena yang menjadi acuan awalnya ialah Hijrahnya Nabi  Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Padahal sejatinya orang-orang  terdahulu menamakannya at-Taqwim al-Qamari (Kalender Bulan), dinamakan Qamar  (bulan) karena hitungan harinya berdasarkan putaran bulan, dan itu yang  dilakukan oleh para bangsa Arab sejak ratusan dekade. 
Apa Bulan Pertama di Tahun Hijriyah?
Setelah bersepakat bahwa awal tahun  itu terhitung sejak tahun Nabi Hijrah, perdebatan kembali memanas tentang bulan  apakah yang menjadi awal bulan-bulan hijriyah ini? 
Tentu saja ada yang menawarkan bulan  Rabi' al-Awwal sebagai bulan pertama tahun Hijriyah karena bulan itu ialah  bulan Hijrahnya Rasul. Akan tetapi sayyidina Umar justru memilih bulan Muharram  untuk jadi bulan pertama pada susunan tahun Hijriyah. 
Selain karena rekomendasi sayyidian  Utsman, beliau memilih Muharram dengan alasan bahwa hijrah walaupun terjadi di  bulan Rabi' al-Awwal, akan tetapi muqadimah (permulaan) Hijrah terjadi  sejak di bulan Muharram. Beliau mengatakan bahwa wacana hijrah itu muncul  setelah beberapa sahabat membaiat Nabi, dan Baiat itu terjadi di penghujung  bulan dzul-hijjah, semangat baiat itulah yang mengantarkan kaum muslim untuk  berhijrah. Dan bulan yang muncul setelah dzul-hijjah ialah bulan Muharram. Karena  itu beliau memilih Muharram sebagai bulan pertama di tahun Hijriyah.  
Nama-Nama Bulan Hijriyah Bukan Wahyu
Yang perlu diketahui bahwa memang  nama-nama bulan pada kalender Hijriyah itu bukanlah wahyu yang turun kepada  umat Islam. Justru nama-nama itu telah ada sebelumnya dan digunakan  berabad-abad lamanya oleh bangsa Arab.
Mereka terbiasa menggunakan bulan  sebagai media untuk menentukan waktu; karena itu penaggalan mereka disebut  dengan al-Taqwim al-Qamari (kalender Bulan), karena memang basis perhitungannya  bergantung pada bulan. Walaupun ada beberapa suku, khususnya di selatan Jazirah  Arab (Yaman) yang menggunakan matahari sebagai media menentukan hari.
Kemudian, nama-nama bulan mereka  memberi nama sesuai dengan keadaan alam atau keadaan sosiologi dan budaya yang  mereka lakukan pada bulan-bulan tersebut. Nah, karena bangsa Arab juga punya  kelas yang berbeda (suku), ini membuat mereka berbeda pula dalam kebiasaan dan  adat dari setiap masing-masing suku. Karena itu juga, walaupun menggunakan  perhitungan yang sama; memakai bulan, mereka berbeda-beda dalam memberikan nama  bulannya. 
Barulah ketika tahun 412 Masehi  terjadi konvensi para petinggi-petinggi dari lintas suku dan kabilah bangsa  Arab di Mekkah di masa Kilab bin Marrah (kakek Nabi Muhammad ke-6) untuk  menentukan dan menyatukan nama-nama bulan agar terjadi kesamaan, serta  memudahkan mereka dalam perdagangan. 
Dari perkumpulan itu, muncul 12 nama  bulan;
Muharram. [محرم]  berarti yang terlarang. Disebut demikian karena memang pada bulan ini, bangsa  Arab seluruhnya mengharamkan peperangan. Tidak ada tumpah darah pada bulan ini.  ini merupakan hukum adat yang tak tertulis yang berlaku sejak lama.  
Shafar. shafar satu suku kata dengan kata Shifr  [صفر]  yang berarti  kosong. Bulan ini dinamakan shofar atau shifr, karena pada bulan  ini bangsa Arab mengosongkan rumah-rumah mereka yang beralih ke medan perang.
Rabi' al-Awwal. Sesuai namanya, Rabi' [ربيع]  yang berarti musim semi, bulan ini dinamakan demikian karena memang itu yang  terjadi.
Rabi' al-Tsani. Namanya mengikuti nama bulan  sebelumnya karena musim gugur yang masih berlangsung. Tsani [ثاني]  artinya yang kedua.
Jumada al-Ula. Dulu di masa Jahiliyah, namanya  Jumada Khamsah. Jumada, asal katanya Jamid [جامد]  yang berarti beku atau keras. Dikatakan demikian karena bulan ini adalah musim  panas, yang karena saking panasnya, air bisa saja membeku, artinya kekeringan. 
Jumada al-Tsaniyah / Jumada  al-Akhirah. Namanya  mengikuti bulan sebelumnya.
Rajab. Dalam tradisi Arab, bulan Rajab  adalah termasuk bulan yang haram bagi mereka untuk melakukan peperangan.  Artinya haram membunuh ketika itu. Dinamakan Rajab, karena memang salah satu  makna rajab [رجب] dalam bahasa Arab ialah sesuatu yang mulia. Maksudnya mereka  memuliakan dirinya dan orang lain dengan tidak membunuhnya. Ada juga yang  mengatakan bahwa Rajab berarti melepaskan mata pisau dari tombak sebagai symbol  berhentinya perang.
Sya'ban. Asal katanya dari syi'b [شعب]  yang berarti kelompok. Dinamakan begitu karena ketika masuk bulan sya'ban,  orang-orang Arab kembali ke kelompok (suku) mereka masing, dan mereka  berkelompok lagi untuk berperang setalh sebelumnya di bulan Rajab mereka hanya  duduk di rumah masing-masing.
Ramadhan. Berasal dari kata Ramadh [رمض]  yang maknanya ialah  panas yang menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang  matahari bulan ini jauh lebih menyengat dibanding bulan-bulan lain sehingga  panas yang dihasilkan lebih tinggi dibanding yang lain.
Syawwal. Bangsa Arab mengenal jenis burung an-Nauq  [نوق], yang kalau biasanya hamil di bulan ini dan mengangkat  sayap serta ekornya sehingga terlihat kurus badannya burung tersebut.  Mengangkat sayap atau ekor disebut dengan Syaala [شال] yang merupakan asal kata dari nama  bulan syawal.
Dzul-Qa'dah. Asal katanya dari qa'ada [قعد]  yang berarti duduk atau  istirahat tidak beraktifitas. Dinamakan demikian karena memang bulan ini  orang-orang Arab sedang duduk dan istirahat dari berperang guna menyambut bulan  haji, yaitu dzul-hijjah yang mana bulan tersebut adalah bulan diharamkan  perang.
Dzul-Hijjah. Sudah bisa dipahami dari katanya  bahwa bulan ini adalah bulannya orang berhaji ke Mekkah. Dan memang sejak  sebelum Islam datang, bang Arab sudah punya kebiasaan pergi haji dan melakukan  thawaf di ka'bah. 

.jpg) 
 
 
Saya suka sekali dengan artikelnya, Kalian lihat juga nih Cek Bunga KPR buat yang mau beli rumah
ReplyDelete