"Entar Kan Kotor Lagi"
“mobil cuci dulu ya, Lung! Udah kotor tuh. Besok pagi kita ke Bogor InsyaAllah, saya ada panggilan ceramah” kata ustadz Ikin ditelepon kepada Pulung, supir pribadinya.
“iya stadz!” jawab pulung singkat.
Ustadz Ikin sedang bersiap-siap merapikan pakaian dan juga beberapa kitab yang kemudian ia masukkan kedalam tas kecil yang biasa ia bawa kemana-mana. Kemudian Pulung, mengetuk pintu rumah ustadz guna mengisyaratkan kalau mobil yang akan dipakai menuju tempat dakwah telah siap.
“ok, sebentar lagi, Lung” kata ustadz Ikin dari dalam rumah. Ketika membuka pintu rumah, Ustadz Ikin langsung disambar oleh Pulung dengan pemberitahuannya yang biasa ia katakana sebelum ia mengantar ustadz Ikin pergi ceramah atau dakwah.
“saya belum makan, stadz!” katanya tanpa rasa malu.
“ok, nantilah ditempat ceramah. Entar kan dapet makan, kita makan disitu aja” jawab sang ustadz.
“hmmm” gumam pulung, menurut apa yang dikatakan ustadz Ikin. Dan memang itu jawaban yang selalu ia terima setiap sebelum mengantarkan ustadz Ikin pergi ceramah.
Melihat ke halaman, ustadz Ikin langsung mengerutkan dahinya. Ternyata yang ada didepannya mobil yang sama sekali belum tersentuh air, alias belum dicuci. Dan memnag terlihat agak kotor untuk ukuran mobil seorang ustadz.
“mobil masih gitu aja, Lung? Belom kena aer tuh?” Tanya ustadz heran.
“iye stadz! Maap dah. Pikir saya mah, entar aja abis ceramah, Entar Kan Kotor Lagi stadz kita jalan” kata Pulung beralasan.
“oooo yaudah dah! Ayo jalan!” Kemudian mereka berdua langsung bergegas masuk kedalam mobil lalu berangkat.
Akhirnya, sampailah ustadz Ikin dan Pulung dilokasi, setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih 2 jam. Ketika Ustadz Ikin ingin menuju ke tempat ceramahnya, ia berbalik menatap ke Pulung.
“ente mau kemana, Lung?” Tanya ustadz Ikin.
“ikut ustadz!” jawabnya singkat.
“ente ngga usah masuk dah ye! Ente selama ane ceramah, kan lama tuh, mending ente cari steam mobil disekitar sini. Cuci mobil tuh!” perintah Ustadz Ikin ke Pulung. “entar kalo waktunya makan, ane telpon ente” tambah ustadz Ikin.
“entar aja lah, stadz. Entar Kan Kotor Lagi.” Jawab Pulung menolak perintah ustadz Ikin.
Sang ustadz pun tak bisa memaksa dan akhirnya menyutujui argument Pulung. Ikutlah siPulung bersama ustadz Ikin masuk ke lokasi ceramah.
Dalam acara ceramah ini, ustadz Ikin mendapat jadwal bagian ceramah kedua. Karena acara tersebut memang dihadiri oleh ustadz lain yang jadi penceramah. Artinya ustadz Ikin dapet jatah ceramah terakhir.
Ketika penceramah pertama sedang berada diatas panggung menyampaikan materi ceramahnya, ustadz Ikin melirik ke Pulung yang sedari tadi memegang perutnya, mungkin karena memang Pulung benar-benar lapar, pikir Ustadz Ikin.
Sampailah pada giliran ustadz Ikin naik ke panggung untuk ceramah. Wajah Pulung sedikit berubah senang, karena dia tahu kalau Ustadz Ikin ini kan penceramah terakhir, berarti abis ini acara selesai yang biasanya diakhiri dengan makan-makan bersama panitia.
Ceramah ustadz Ikin selesai. Turun dari panggung, tanpa diduga ternyata panitia tidak menyiapkan agenda makan-makan diakhri acara. Mendapat pemberitahuan seperti itu, Ustadz Ikin pun langsung saja beranjak ke mobilnya diikuti oleh siPulung dengan kepala menunduk lemas, karena perkiraannya salah.
Sampai mobil tanpa banyak bicara, mungkin karena kesal siPulung langsung saja menancap gas mobil, berangkat pulang.
Ketika masuk tol, ustazd Ikin bilang ke Pulung, “entar di rest area kita berenti ye, Lung!”
“siaplah,…” jawab pulung.
Sampai di rest area ustadz Ikin langsung turun dari mobil. Heran kepada ustadz, Pulung pun bertanya “kita mau ngapain disini stadz?” Tanya pulung.
“makan!” jawab sang ustadz.
Mendengar jawaban itu, Pulung sangat senang sekali. “Alhamdulillah, akhirnya makan juga” katanya dalam hati. Langsung lah ia turun dari mobil mengikuti langkah ustadz Ikin. Lalu ustadz Ikin menengok ke belakangnya, melihat Pulung yang ikut turun.
“ente mao kemana, Lung?” Tanya ustadz.
“kan kita mao makan. Tadi ustadz kan bilang begitu”
“yang makan ya saya aja, ente ngga. Balik ke mobil sono!” suruh ustadz Ikin.
“loh kok gitu stadz?” tanay Pulung heran.
“ya iyalah, ente ngga usah makan. Entar kan lapar lagi!”
********
Cerita Pulung si aupir diatas tadi menggambarkan sifat kebanyakan (sedikit InsyaAllah) manusia belakangan ini. Manusia yang ketika ia melakukan perbuatan dosa namun tidak langsung meminta ampun, beristighfar atau bertaubat kepada Allah SWT, namun terus melakukannya karena beranggapan “Ah Entar Juga Dosa Lagi, entar aja tobatnya!”.
Dalam surat Ali Imron dengan jelas menggambarkan bagaiamana sikap seorang muslim ketika ia melakukan dosa, dan Allah juga menjanjikan surge bagi mereka yang segera bertaubat ketika berbuat dosa.
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
“mereka (mukmin) orang-orang yang apabila melakukan suatu perbuatan keji atau menzolimi diri sendiri, segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Dan siapa lagi yang bisa mengampuni dosa mereka selain Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu sedang mereka mengetahui. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari tuhan mereka dan surag-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Dan itulah sebaik-baik pahala bagi orang yang beramal.” (Ali Imron 135)
Wallahu ‘A’lam
Comments
Post a Comment